8/31/14

Diskriminasi Sandal Jepit


Belum ada dari sekian banyak acara, baik formal atau pun non formal yang elite, di undangan tertulis dresscode menggunakan sandal jepit. Sandal jepit cuma bisa dipakai hanya di dapur, atau paling banter pas acara tahlilan di masjid. Bukan, bukan karna di agungkan lantaran mau ke rumah Allah, tapi memilih sedikit resiko kerugian yang diterimanya kalau sampai harus kehilangan. Saya yakin yang tidak munafik akan mengiyakan hal ini, hehe... Sandal jepit memang di nomor dua, tiga, empat, bahkan sampai di sekiankan setelah sandal-sandal dan sepatu lain yang bermerek dengan harga yang tentunya juga jauh lebih mahal.

Entah siapa yang memulai menstratakan jenis sendal ini. Memang, hampir semua jenis benda apa pun di dunia ini berjenjang dikelompokkan berdasar

8/28/14

Bukan Mental Pengemis (1)

Meski lama di Semarang, namun ketika ada orang yang bertanya tentang nama sebuah jalan, sering saya lupa mengingat dimana letak jalan itu. Apalagi jika harus menjawab secara langsung. Betapa pun sering, bahkan hampir setiap hari melewati jalan itu, terkadang saya lupa namanya. Lewat ya lewat saja, tanpa peduli apa nama jalan itu, yang penting sampai tujuan. Kecuali jalan-jalan itu adalah jalan penting, atau jalan utama, atau jalan yang menjadi iconnya kota Semarang. Lucu juga ketika seseorang tinggal di kota lumpia bertahun-tahun, tapi ketika ditanya letak jalan Pandanaran, jalan Pahlawan, dan jalan Pemuda tidak tau dimana. Iya, minimal tiga jalan itu yang harus diketahui seseorang ketika tinggal di Semarang. Karena di ketiga jalan itu yang paling sering ditanyakan orang luar kota ketika singgah di Semarang.

Bagi saya, mengingat nama orang yang pernah ada di hati jauh lebih mudah daripada mengingat nama-nama jalan. Agak jauh sih memang perbandingannya. Errr.. Oke, Saya ganti.