Soreku lumayan cerah. Kenapa ada kata 'lumayan'? Yup, itu karena saya tulis. Kalaupun tidak, kata itu pun kamu bisa melihatnya di kamus ataupun di banyak buku yang lainnya. Kata itu sudah ada sejak lama, sejak saya belum dilahirkan, mungkin bahwa siapa yang memunculkan kali pertama kata itu sungguh tidak ada yang tau. Kalaupun ada yang tau juga, saya kira dia hanya mengaku-aku saja, biar terlihat tau dari orang yang tidak tau.
Kata 'lumayan' ini pun ada yang melesetkan 'lebih mendingan dari pada lu manyun', katanya. Manyun memang lebih diindakasikan
negatif. Ia lebih mengandung unsur sikap ketidaksukaan terhadap sesuatu. Barangkali juga mengungkapkan ekspresi ketidak setujuan. Lebih-lebih kalaupun kegalauan dibawanya ke sana, kita tidak bisa melarangnya. Itu hak si pelaku galau untuk mengekspresikan kegalauannya itu. Kita juga memuji ungkapan 'manyunnya' itu agar ia lebih terhibur, barangkali. Tapi kalau kok yang di dapat justru tamparan karena kesal, saya tidak bertanggung jawab atas itu, karena kita tidak tau seberapa tingkat kegalauan orang tersebut, sehingga masih menerima kata yang kita berharap menjadi lelucon dan guyon, atau bahkan dia malah menganggapnya sebuah cemoohan yang semakin memperkeruh
Ungkapan juga mengatakan, "dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tau". Tapi ungkapan hanya ungkapan, ia terkadang tidak berlaku dalam kehidupan nyata. Nyatanya, bagi orang yang tak bisa menyelam, dia tidak akan mungkin mengukurnya. Tidak berteriak meminta tolong dan Mencoba bernafas dengan teratur ketika nyemplung ke air saja sudah menjadi prestasi yang hebat. Ah tapi sekarang tidak perlu lagi melakukan itu. Sudah banyak alat canggih yang bisa mengukur kedalaman laut itu tanpa harus pergi ke laut. Bahkan, kedalaman hati pun malah lebih mudah untuk mengukurnya. Dalam matematika, kedalaman bisa diukur. Bisa dari depan ke belakang, atau dari atas ke bawah. Karena hati letaknya ada di dalam tubuh, maka saya menyimpulkan, bahwa kedalaman/ketebalan hati, tidak lebih tebal dari jarak antara tulang dada ke punggung badan kurus saya ini.
Ah, jadi ke mana-mana ngomongnya. Kembali ke si 'lumayan' tadi. Ketika sedang dimintai jawaban untuk mengomentari sesuatu, Menggunakan jawaban 'itu' berarti mencari aman. Saat tidak mau mengambil resiko agar tidak dibenci oleh orang lain, kata 'lumayan' ini menjadi senjata pamungkas.
"Eh, gimana penampilan gue?",
"Lumayan",
Begitu. Jelas rasanya jawaban itu mengandung dua persepsi. menjurus lumayan bagus, atau ke lumayan jelek. Setidaknya, bagi si penjawab, kata lumayan itu berharap tidak menyinggung perasaan si peminta pendapat, sekaligus juga kalau memang benar-benar jauh dari kata bagus, ia tidak berbohong. "Lumayan jelek", dalam hatinya berkata :).
Kalau di-angka-kan, mungkin kata 'lumayan' ini berkisar antara 6 ke 7. Bisa juga 6 lebih ke 5 kalau memang lumayannya lebih ke kata jelek. Tapi, ia tak memberi nilai yang paling jelek. Memang, jawaban lumayan ini bukan tipe jawaban yang tegas. Tegas memberikan nilai yang pasti. Iya-iya, tidak-tidak. Tapi sebagai orang Jawa, rasa ewuh-pekewuh rasanya susah untuk dihilangkan. Seperti siswa saya yang setiap mau makan selalu menawari saya.
"Pak makan...", tawarannya.
"Oh iya? Mana?", jawab saya. Eh bukannya ngasih, dia malah ketawa.
Setiap mau makan, juga saya menawari orang yang lagi di dekat saya. Tapi tidak pernah sekalipun ada yang minta beneran. Mereka hanya bilang, "monggo mas..".
Saya sih bersyukur. Itu artinya saya tidak ngeluarin uang lebih, hahaha...
Hai, postingan yang bagus. Ijin blogwalking ya. :-)
ReplyDeleteAda info lomba nulis nih. Kamu bisa Cek ini!
Makasih.
Juga hai, dengan senang hati. Terima kasih sudah mampir. :)
DeleteHehehe kalo saya sih biasanya ngomong 'lumayan' waktu ditanyain pendapat soal bagus atau enggaknya sesuatu, tapi lagi males mikir hehehe. Jadinya bilang lumayan deh.
ReplyDeleteSelamat ya untuk buku terbitannya, tadi saya ngga sengaja liat teachburger hehehe. Semoga segera menyusul menerbitkan buku di penerbit besar ya :))
Untung cuma lagi males, berarti masih banyak rajinnya, hehe... Senangnya sudah dikomen kakak Ashima, terima kasih. Tapi itu, yg penting juga didoain, terima kasih banyak. Amiin... :))
DeleteBiasanya saya pakai kata ''Lumayan'' kalau ditanya masakan sama nyokap.
ReplyDeleteEnak Gak?
Lumayan :(
*abis sepiring*
Yee... lumayan-lumayan doyan namanya ya. :D
Deletesama deh mas, hahahah kata lumayan kayanya memang kata yang paling ajaib untuk itu :-D
ReplyDeleteLha gimana dong? :))
DeleteYaaa, lumayan lah daripada lumanyun wkwk
ReplyDeleteIya, jangan manyun, ndak baik. :)
Delete