Di kota tempat saya tinggal sekarang, katanya, ada banyak macam kuliner yang dijajakan di sana. Mulai dari makanan ringan sampai makanan berat. Iya, katanya. Karena saya hanya melihatnya hanya di acara TV saja. Nyatanya, tidak semua yang saya lihat di acara TV itu saya jumpai. Ini jelas bukan karena acara TV itu pada berbohong, ini karena saya memang tidak mencari jenis makanan-makanan itu dengan sengaja. Bukan saya nggak doyan kuliner, tapi kalau untuk bisa menikmati jenis makanan itu harus mengeluarkan kocek cukup banyak, saya jadi malas mencarinya. Lebih tepatnya, saya harus mikir berkali-kali apakah budget saya cukup untuk melanjutkan kehidupan di dunia ini? Hehe...
Antara ke dua jenis makanan yang saya tulis tadi, saya rasa ada yang merasa janggal di sana. Untuk jenis yang pertama, mungkin kita sudah tidak asing mendengarnya, tapi, untuk jenis makanan yang ke dua, makanan berat, apakah anda lazim mendengarnya? Saya yang menulis saja ngerasa aneh. Iya, saya hanya menuliskan apa yang ada di otak saya. Karena menurut saya, antonim dari kata ringan, ya berat. Ok, kalau ada yang kurang setuju, maafkanlah, dan mari kita abaikan istilah itu, meski tetap saya pakai, haha...
Saya sendiri tidak tau seberapa batasan apakah makanan itu masuk ke jenis makanan ringan, atau justru masuk ke jenis makanan berat. Jika batasan itu adalah seberapa massanya, terus berapa massa maksimal untuk makanan ringan, yang berarti, di atas massa itu akan masuk ke jenis makanan berat. Jika memang iya, terus kerupuk sekarung itu masuk ke jenis makanan ringan atau berat? Jika batasan itu menunjuk pada ukuran, lantas, nasi sekepal masuk ke jenis mana? Atau bila menjurus pada tingkat kekerasan, apakah makanan jenis berat ini setara dengan besi dan kawanannya? Biarlah kita pada fikirannya masing-masing, karena kita manusia hidup itu diminta untuk berfikir. Yang tidak mau juga tidak mengapa, karena itu hak asasi manusia untuk tidak memanfaatkan pemberianNya. :)
Yang paling pokok pada makanan justru malah bukan pada bentuk ataupun besar kecilnya. Sekalipun iya, saya tidak pernah melihat presenter acara kuliner membahas secara detail tentang bentuk ataupun massanya. Kenapa makanan A dibuat bentuknya lonjong seperti itu? Kenapa penganan B bentuknya sejenis segitiga? Kenapa kue C harus bermassa x kilogram? Dan kenapa Tuhan menciptakan rasa marah? Ok, lupakan. Iya. Tidak pernah saya melihat sekalipun para koki itu membahas secara mendalam selain tentang bahan yang digunakan, cara membuat, dan tentu saja rasanya.
Iya, rasa. Karena Tuhan sudah menciptakan bumi, langit, laut, angin, tanah, termos, loyang, sendok, dan segala sesuatu yang ada di bumi dengan perantara bermacam-macam, termasuk si manusia yang mengaku-ngaku sebagai penemunya. Karena Tuhan, Allah SWT juga menciptakan yang namanya rasa. Karena rasa ini ada banyak. Tidak hanya sedih, bimbang, ragu, galau, juga ada banyak lagi yang kamu pasti juga sudah tau. Juga rasa senang kalau mau, dan harus tampaknya. Itu tadi rasa pada hati. Mereka biasa menyebut perasaan.
Rasa dingin, panas, hangat, sejuk, gatal juga sama, ia diciptakan olehNya melalui kulit untuk merasakannya. Dan sampai sekarang, tidak pernah saya mendengar ada yang mengklaim pencipta rasa-rasa itu. Seperti dengan kalimat, "Eh, Kamu tau tidak? itu gatal yang nyiptain gue lho". Nggak ada kan?
Termasuk rasa yang diciptakanNya melalui indera pengecap ini. Iya, lidah. Dan yang pernah makan bangku sekolah, em.. bukan, bukan, bangku yang dimakan, tapi maksudnya itu, apa namanya, pernah bersekolah, iya itu. Ada satu pelajaran yang namanya pelajaran Biologi. Di sana salah satunya dipelajari ilmu tentang masing-masing organ tubuh, dan apa fungsinya. Lidah juga dipelajari. Untuk apa? Untuk tau kalau bahwa manusia juga punya lidah, tidak hanya katak yang punya. Tidak hanya untuk menyakiti, juga saling menasehati dan memberi.
Dalam indra pengecap itu, lidah dibagi, kalau tidak salah menjadi empat rasa. Manis yang letaknya di ujung lidah, asam di tepi kiri dan kanan, asin itu disebelahnya asam, dan pahit itu di pangkal atau dilidah dibagian paling belakang. Itulah kenapa jika kita minum obat, pasti pahitnya kerasa. Kenapa? Karena itu obatnya kita telan, jadi pasti melewati itu daerah pangkal lidah yang merasakan pahit. (Eh, minum apa makan obat sih yang benar? Karena kalau minum, kok padat? Bukannya minuman itu cair? Trus kalau makan, kok tidak dikunyah? Aneh. Biarin ah, yang penting mari kita sehat, amiin..).
Dari keterangan itu, saya sendiri mulai janggal. Apa coba? Iya, itu. Rasa kan hanya ada empat, manis, asam, asin, pahit, tapi kenapa orang yang disuruh komentar di TV tentang rasa makanan yang baru dimakannya, menjawabnya malah enak atau tidak enak? Bahkan sesekali juga pernah mendengar dengan jawaban gurih, atau lezat. Ada juga dengan kata top-markotop. Pasti kamu juga pernah mendengarnya kan? Kenapa ilmu biologi tidak menjelaskan itu? Atau jangan-jangan itu jenis rasa baru, yang baru ditemukan setelah buku paket Biologinya sudah dicetak? Coba tanyakan ke guru atau dosen Biologi.
Dan sekarang, saya harus ke sana, ke warung makan. Agar kenyang, agar bisa merasa lapar lagi, agar bisa menjawab kalau ditanya bagaimana tentang rasa makanan itu, juga agar yang masak tidak merasa sia-sia karena sudah capek membuatnya.
hmmm..kalo jenis makanan merujuk sama tinju, bakal ada makanan kelas ringan, makanan kelas berat, makanan kelas bulu, makanan kelas bantam dsb (oke..melantur..abaikan aja kang) :)
ReplyDeleteAniwei, pertama kali berkunjung nih..no liat2 dulu ah isi rumahnya..boleh? #kedipinmata :D
Salam Bloofers :)
ehehehe... Dengan senang hati, silahkan diacak-acak, kalo perlu, disapu, dipel, dibayarin listriknya sekalian akan berterima kasih sangat :))
DeleteNgomongin makanan berat dan ringan, apapun makanannya membuat gue lapar pagi2 sambil blogwalking gini .. hhe
ReplyDeleteoh ya, kalau boleh gue minta tolong nih, kunjungi blog gue :
http://nafarinm.blogspot.com/2014/03/mohon-doa-agar-sukses-uas-dan-un-2014.html
sesama blogger harus saling bantu kan ?
nah sekarang gue minta bantuan doa dan jangan lupa ketik "aamiin" di kolom komentar, makasih. ~ @nafarinm
Aamiin...
DeleteMakasih jg udah mampir :)
kalo makan perasaan, lauknya apa ya bro? :3 gan mampir ke ihsankirito.co.vu ;)
ReplyDeleteLauk mah terserah yg mau makan. Pecahan genteng kalo dia mau ya silahkan :))
Deletehahahaha kalau makan perasaan, minum nya apa y bang ? hahaha
ReplyDeleteMinum juga apa aja, yg penting air, dan mau. Gak baik kalo dipaksain. :))
Delete