Seharian kemarin, saat melihat time line di twitter banyak yang menggunakan hastag #haribukunasional. Tapi itu juga hanya ada di time line para penerbit buku -- termasuk hasil ritwit dari mention-mention followersnya -- sehingga terlihat ramai. Yup, kemarin itu tanggal 17 Mei yang ditetapkan pemerintah Indonesia sebagai hari buku nasional.
Saat saya search di google, ternyata Pemerintah menetapkan itu sebagai hari buku nasional sejak tahun 1980, saat bertepatan dengan peresmian gedung Perpustakaan Nasional di Jakarta. Iya sudah lama. Bahkan sebelum saya lahir. Tapi nyatanya banyak dari kita yang tidak tau. Jujur, saya juga baru tau setelah menggunakan media sosial. Karena trend di sosial media, jika
ada suatu peringatan tertentu, pemilik suatu akun akan ikut mengucapkan peringatan itu, meski cuma sekali nulis status. Yaa biar kelihatan care lah, setidaknya. :)
Tapi terlepas dari masalah peringatan tadi, saya rasa peringatan tinggal peringatan, kalau saja tidak dibarengi rasa kepedulian terhadap maksud awal mula para pencetus untuk mewujudkan dicetuskannya peringatan itu. Apapun itu. Salah satunya hari buku nasional ini. #aseeek.
Meski bukan kuis, tapi kalau boleh saya tebak, para pencetus diperingatinya hari buku nasional ini adalah untuk menghargai keberadaan buku sebagai salah satu sumber ilmu. Bukan, bukan hanya menghargai keberadaannya, tapi juga barangkali mengajak agar minat orang-orang untuk suka baca itu meningkat.
Kalau kita cari di internet tentang minat baca di negri kita, jauh lebih rendah dari beberapa negara tetangga. Dan itu bagi saya terasa aneh. Kenapa? Karena saya rasa anak yang sudah pernah bersekolah pasti bisa baca. Dan aneh saja, ketika itu bisa dilakukan dengan sangat mudahnya, tapi justru tidak pernah dilakukan. Pernah suatu kali teman saya bertanya,
"Kamu masih suka nongkrong di toko buku?", dia tanya seperti itu karena tau kalau saya suka baca dari dulu. Tepatnya baca yang gratisan.
"Masih dong, kan itu salah satu cara untuk bisa baca buku gratis, he...", jawab saya, yang memang kenyataannya begitu. #hik
Iya, dia tau kalau saya suka yang gratis-gratis. Makan, minum, atau apapun yang berbau gratisan pasti tidak akan saya lewatkan, termasuk baca buku gratis ini, huehe...
"Ih, hebat euy, bisa suka baca gitu.", balas dia.
"Kok hebat? Apanya yang hebat? Bukannya semua orang bisa baca? Dan semua orang bisa ngelakuin ini.", jawab saya lagi.
"Iya sih, tapi kan gak semua orang bisa merealisasikan itu", katanya lagi dengan kata merealisasikan, seperti sebuah angan yang sulit untuk diwujudkan, hehe..
"Oh, hobi masing-masing orang kan beda-beda. Dan kita nggak bisa maksain hobi mereka untuk sama dengan kita. :)", jawab saya akhirnya, sok bijak.
Sesekali juga saya cerita ke siswa saya tentang pemulung yang setiap pagi saya lihat lagi membaca koran bekas yang mungkin baru dipungutnya. Iya, ini true story. Setiap saya berangkat kerja, saya sering (karena tidak setiap hari) melihat ada seorang pemulung lagi duduk di trotoar (mungkin lagi istirahat) sambil membaca koran atau pun buku bekas yang (mungkin) baru dipungutnya.
Yup, membaca tidak harus dari buku. Apalagi buku baru yang harus dibeli. Tidak. Dari apa pun yang mengandung ilmu, kita bisa belajar dengannya. Meski menurut Bang Darwis, atau yang dalam nama penanya mungkin sudah tidak asing ditelingamu, Tere Liye -- dengan novel-novel karyanya yang selalu best seller-- yang saat bicara di acara meet and great bareng dia, juga dari beberapa orang menyebutkan, bahwa yang namanya (kegiatan) membaca, ya baca buku. Membaca time line di sosial media bukan dikategorikan sebagai kegiatan membaca. Bagi seorang penulis sepertinya, mustahil seorang penulis bisa menulis dengan baik, tanpa membaca buku. Dan saya sangat setuju dengan itu.
Suasana meet and great bareng Darwis 'Tere Liye'
Memang sayangnya harga buku itu tergolong mahal jika dilihat dari isi dompet saya. Tak jarang uang saya habis untuk belanja buku. Mungkin itu sebuah pemborosan. Tapi menurut saya (tepatnya sebagai pembelaan), dengan membeli buku, saya bisa menyimpannya, dan itu tak akan habis jika tidak dibakar. Ada maksud lain untuk saya dengan jajan buku ini. Saya ingin punya perpustakaan sendiri nanti di rumah. Setidaknya itu bisa mewariskan buku-buku saya ini ke anak-cucu saya kelak, atau siapapun yang mau baca. "Tidak ada jajan yang lebih berharga dari jajan buku" - Rons Imawan. Dan karena dengan perjuangan yang bagi saya luar biasa menguras dompet saya, sesekali saya akan pamer sedikit tentang koleksi buku saya, semoga masih bisa nambah lagi. :)
Namun dari sudut pandang lain, untuk melihat benarkah buku itu tergolong mahal? Pertama yang jelas biaya produksinya sudah jelas tidak murah. :) Saya tidak tau persis berapa, karena saya bukan orang yang punya penerbit. Kedua, ide itu mahal. Tidak sedikit waktu yang dibutuhkan bagi penulis untuk menulis sebuah buku, ada yang sampai setahun, bahkan lebih. Kenapa saya tau? Karena saya pernah mengalami saat mencoba menulis sebuah buku yang ditolak oleh banyak penerbit itu ( #nasib) yang akhirnya saya terbitkan lewat jalur self publisher itu (Oh iya, buku saya ini bisa dipesan lewat online di nulisbuku.com. Ini linknya: klik di sini). Dan padahal kita tau sendiri bahwa royalti yang diterima oleh seorang penulis hanya sekitar 10% - 15% saja per buku. Iya kalau sampai best seller hingga cetak berulang-ulang, kalau tidak? Sudah kebayang kan berapa penghasilan yang diperoleh seorang penulis jika dibandingkan dengan ide yang dia buat selama itu?
Ini adalah penampakan buku saya yang ditolak banyak penerbit itu :|
Ketiga dari isinya. Sejelek-jeleknya sebuah buku, pasti ada ilmu/manfaat yang bisa diambil di dalamnya. Iya, dari sebuah buku, kita bisa mendapatkan banyak ilmu yang barangkali belum kita tau sebelumnya, sehingga itu menjadi bermanfaat. Tidak ada harta yang kekal selain ilmu dan amal yang bermanfaat, kan? Dari sudut pandang itu, saya sendiri menjadi sulit untuk bilang bahwa harga sebuah buku itu masih mahal. Meski tetap saja (masih) menguras dompet saya. -____-'
tulisan bagus. Sungguh saya kecewa baru tahu kalau mas avrul asolole...aku priyo wiharto. Sheila gank until die
ReplyDeleteIni... emm... asolole?? sungguh saya juga kecewa karna itu nulis nama saya SALAH WOY -____-"
DeleteBuku adalah jendela dunia,..
ReplyDeletethanks for reading :)
Delete