Lagu “Sewu Kuto” keroncong versionnya Didi Kempot menjadi pengantar waktu saya menulis ini. Sepertinya saya yang dari dulu lebih banyak gak peduli tentang lirik suatu lagu, seberapapun bagus ataupun mendalam liriknya kata orang, saya gak pernah peduli tentang itu. Karena saya menilai sebuah lagu itu ya dari musikalitasnya, meski sebenarnya saya juga gak tau banyak tentang musik (nah lo..trus tadi yang di omongin apa?). Tapi memang sampai sekarangpun ketika mendengarkan sebuah lagu, yang akan saya dengarkan dulu adalah unsur musik yang membangun lagu itunya dulu (kalo kamu nanya, “ini ngomongin apa sih?”, saya juga tidak tahu kok, hehe). Jadi gini, arti dari musikalitas yang saya maksud itu adalah bahwa kalo saya dengerin tuh lagu di telinga saya gak panas, alias enak didengar dan dinikmati sehingga gendang telinga ini gak berontak seakan ingin menutup sendiri ato lari dari debt collector (lho?). Gak pernah peduli itu lagu pop, rock, jazz, dangdut, ataupun keroncong sekalipun, selama telinga saya menerima dengan tenang, ya itulah lagu bagus. Gak peduli itu liriknya tentang cinta, persahabatan, sosial, nasioanlisme, atau apapun temanya.
Dulu