3/18/12

sisi lain musik

Lagu “Sewu Kuto” keroncong versionnya Didi Kempot menjadi pengantar waktu saya menulis ini. Sepertinya saya yang dari dulu lebih banyak gak peduli tentang lirik suatu lagu, seberapapun bagus ataupun mendalam liriknya kata orang, saya gak pernah peduli tentang itu. Karena saya menilai sebuah lagu itu ya dari musikalitasnya, meski sebenarnya saya juga gak tau banyak tentang musik (nah lo..trus tadi yang di omongin apa?). Tapi memang sampai sekarangpun ketika mendengarkan sebuah lagu, yang akan saya dengarkan dulu adalah unsur musik yang membangun lagu itunya dulu (kalo kamu nanya, “ini ngomongin apa sih?”, saya juga tidak tahu kok, hehe). Jadi gini, arti dari musikalitas yang saya maksud itu adalah bahwa kalo saya dengerin tuh lagu di telinga saya gak panas, alias enak didengar dan dinikmati sehingga gendang telinga ini gak berontak seakan ingin menutup sendiri ato lari dari debt collector (lho?). Gak pernah peduli itu lagu pop, rock, jazz, dangdut, ataupun keroncong sekalipun, selama telinga saya menerima dengan tenang, ya itulah lagu bagus. Gak peduli itu liriknya tentang cinta, persahabatan, sosial, nasioanlisme, atau apapun temanya.
Dulu
sering saya bilang bahkan terkesan mencibir, “Itu orang-orang kok bisa ya nikmatin musik karena liriknya doang?, padahal menurut saya, tuh lagu gak ada enaknya sama sekali”. Dan sekarang saya bisa memaklumi dan gak bisa menyalahkan tentang jenis music yang mereka sukai dan mereka dengarkan. Karena memang gak ada patokan resmi tentang music yang seperti apa yang bagus dan tidak. Gak ada yang pernah bilang juga kalo music pop itu lebih bagus dari music rock, atau music rock lebih bagus dari music dangdut, atau aliran music A lebih bagus dari B atau apalah, yang jelas sampai sekarang gak ada yang bisa ngebuktiin ato menunjukkan batas-batas mana music yang bagus mana yang enggak. Kecuali hanya pendapat orang yang (maaf, menurut saya) sok tau, dan sok ngerti yang selalu ngotot bahwa jenis music ataupun aliran dari artis/band yang disukainyalah yang menurutnya adalah music yang paling bagus. Yang selanjutnya menjadi sebuah patokan baginya untuk menilai jenis-jenis music lain mana yang menurutnya bagus ato tidak. Yup menurutnya aliran music yang sejenis dengan artis/band idolanya juga yang akan dianggap bagus.
Padahal music juga akan mengalami metamorphosis seiring berubahnya waktu (ciyeeee ngomongnya kayak anggota DPR aja..). Dulu music direkam di piringan hitam, terus ganti dengan kaset, dan sekarang dunia digital yang menggantinya (ini yang hanya saya tau, mungkin sebelum adanya piringan hitam juga ada alat lain yang tidak saya tau), dan saya yakin suatu saat juga akan ada entah alat seperti apalagi yang akan mengganti perangkat-perangkat di dunia rekaman sekarang. Mungkin buat orang yang mengikuti perkembangan itu pasti tau tentang perubahan-perubahan yang terjadi, tidak hanya wadah rekamannya saja yang berbeda, mungkin cara, orangnya juga kan beda yang sudah pasti akan mengubah isi suatu lagu atau jenis music yang membuatnya berbeda.
Nah makanya gak bisa nyalahin kalo ayah ibu kita terus kita paksain untuk suka jenis music yang sekarang kita sukai. Kan masanya berbeda, mereka juga punya lagu kenangan tersendiri sewaktu muda dulu. Masa iya lagu kenangan bisa diganti, kan gak mungkin dan pasti gak mau lah, iya kan? Bayangin deh (kalo mau) misalkan dalam satu keluarga anaknya suka banget ama musik metal, trus ternyata ayahnya yang lahir jauh sebelum aliran musik itu masuk ke negri ini, dan hanya jenis langgam jawa yang hanya dikenal oleh ayahnya. Trus tiba-tiba anaknya maksain pokoknya ayah dan ibunya juga harus suka ama musik metal yang disukainya, dan karena kedua orang tuanya sangat sayang pada anaknya tersebut, maka dengan (terpaksa) senang (seperempat) hati menuruti kemauan anaknya untuk ikut menikmati aliran musik yang sangat tidak dikenal di telinga dan nafasnya itu. Trus ayahnya dengan pakaian Jawa Tulen dan blangkon yang tak pernah lepas dari kepalanya, serta ibunya yang selalu memakai kebaya dengan sanggul yang juga selalu mengikutinya kemanapun dia pergi, sekarang mengikuti gaya metal anaknya. Kepala mengangguk-angguk dengan tempo sesingkat-singkatnya eh secepat-cepatnya, kaki dihentak-hentakkan ke tanah sambil sesekali jingkrak-jingkrak lupa akan encok yang datangnya gak dijemput (emang jelangkung?), tangan diacungkan ke atas dengan jari tengah dan jari manis dilipat, dan saking kencengnya ngangguk hingga sanggul ibunya ternyata lepas lalu blangkon ayahnya juga ikutan lepas sehingga kepala botaknya nampak berkilau memancarkan sinarnya (whaaaaaa, sudah kebayang kan betapa harmonisnya keluarga itu #lho?).
Rasa itu tidak bisa diganti apalagi dipaksa. Dan ini juga akan kalian alami ntar kalo masanya tiba, paling tidak ketika kalian jadi kakek/nenek dari cucu-cucu kalian. Orang yang hidup pada masa dangdut berjaya (kayak tulisan di belakang truk ya?) juga gak akan menyukai music rock, dan juga sebaliknya. Makanya saat kakek kita mendengarkan lagu langgam jawa kesukaannya di salah satu stasiun TV swasta, kita gak usah kesal minta ganti channel gara-gara kita gak suka. #ehmkokjadingerasagini.
Namun sampai sekarangpun saya juga masih punya patokan sendiri (inget hanya untuk diri saya sendiri, bukan menyama-ratakan berlaku untuk semua orang, hehe…) mana yang menurut saya masih bisa dinikmati oleh gendang telinga saya dan mana yang masih tetap menolak meski dengan susah payah sudah berusaha untuk menerimanya.
Rasa yang sedang dialami oleh seseorang. Yup, ini alasan yang paling banyak diantara para penikmat musik di penjuru manapun yang menyebabkan mereka untuk mendengarkan suatu lagu. “Rasa” di sini memang kebanyakan yang berhubungan dengan cinta. Berikut beberapa perasaan yang dialami seseorang, dan kamu pasti pernah mengalaminya,hehe. Nih:
  1. Suka ama seseorang yang sangat diidam-idamkan, yang menurutmu dialah orang dari langit yang di turunkan ke bumi dengan kesempurnaannya hanya untukku seorang (ya elaaaah bahasanya kayak pengarang novel lawas yang terkena kompor mleduk). Kalo lihat doi bawaannya seneeeeng aja. Pokoknya sempurna aja, gak ada cacat sedikitpun meskipun ada upil pipinya. Baunya tetep wangi meski udah tiga purnama doi tidak mandi. Kalo udah seperti ini, lagu apa aja juga terdengar bagus. Apalagi semua lagu tentang cinta-cintaan dan khususnya lagu tentang memuja berhala, eh memuja seseorang dengan kesempurnaannya. Meskipun menurut Soleh Solihun kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT dan milik lagunya Andra and The Backbone. Sempurnaaaaaaa….
  2. Lagi memendam perasaan ama seseorang yang gak berani ngungkapinnya, karena sadar diri bahwa dirinya gak pantes dan kalo misalnya dipaksain ngomong, sudah tau hasilnya 100persen bakalan ditolak setengah mateng (emang telor?hehehe). Untuk suasana yang seperti ini lagu-lagu seperti “kasih tak sampai”nya Padi, atau “bertepuk sebelah tangan”nya GIGI yang menjadi backsound wajib kehidupan sehari-harinya. Mulai dari bangun tidur langsung muter “Tak Terbalasnya” Drive dengan volume maksimal, dimasukin juga ke playlist “Mati Saja”nya BLP serta sudah terdaftar lagu-lagu dengan tema sejenis siap menemani ke-GALAU-annya sampai tidur lagi. (cie yang ngerasa jadi ketahuan deh…)
  3. Untuk yang baru aja nembak dan ditolak, mungkin seperti kejatuhan durian runtuh (Lho bukannya kejatuhan durian runtuh itu perumpamaan buat yang lagi dapet rejeki nomplok? Tapi masa iya kejatuhan durian yang durinya lumayan buat kepala bocor bila ditempelkan dengan kecepatan satu km/jam aja, masih menyebutya dapet rejeki? hehe…Memang, dapet durian yang rasanya banyak disukai banyak orang siapa yang gak mau, apalagi tinggal makan alias gratis, iya kan? Apalagi durian termasuk buah yang harganya juga tidak murah. Makanya mungkin ungkapan itu dulu di buat, meski sampai sekarang gak tau siapa yang menciptakan ungkapan itu).  Tapi tetep bagi saya kejatuhan durian runtuh itu ya dapet musibah bukannya dapet rejeki. Untuk guru Bahasa Indonesiaku maafkan muridmu ini yang tetep ngeyel hehe, dan juga untuk para guru Bahasa Indonesia di seluruh negri ini. Karena menurutku memang kejatuhan durian itu sakit, iya kalo Cuma kena kaki, kaki sakit tapi ntar duriannya bisa dimakan. Lah kalo yang kejatuhan kepala, gak kebayang kan jadi apa tuh kepala ntar. Boro-boro mikirin makan duriannya, bisa sembuh aja udah Alhamdulillah. Lho BTW kok malah ngomongin durian sih? Ok kembali ke tema utama, tentang orang yang baru aja ditolak. Jenis lagu yang akan didengarkan untuk orang-orang yang lagi merasa hidup gak ada guna ini adalah lagu-lagu dengan tema galau. Judul lagu-lagunya contohnya gini nih: “matikan cintaku”nya GIGI, “rapuh”nya Padi, ato “rendahnya diri ini hingga ku tak pantas untukmu”, ada yang tau itu judul lagu siapa? Saya aja tidak tau, hehe…
  4. PDKT dan awal jadian. Yup sebuah proses kisah cinta yang paling berkesan dan menyenangkan. Walaupun ada beberapa juga yang berpendapat kalo PDKT adalah proses yang menghabiskan waktu. Karena harus mulai lagi dari awal, harus start dari nol. Yang artinya memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk mngenali sifat atau kebiasaan dari gebetan untuk selanjutnya memutuskan untuk terus dilanjutkan sampai tahap pacaran ato cukup hanya sampai disini (lirik lagunya sapa hayoo siapa yang tau?). Untuk orang yang sependapat dengan pernyataan yang pertama, bahwa pendekatan adalah sebuah proses yang paling menyenangkan dan berkesan karena pengalaman mereka yang sudah-sudah. Yup kisah cinta yang pernah dialaminya adalah bahwa pada proses pendekatan terasa lebih senang daripada saat sudah jadi pacarnya. (#ehm yang ngerasa hayo tunjuk hidung). Entah kenapa saat pendekatan itu pengennya ketemuuu aja, jalan bareng, makan bareng, tidur bareng, “Lho?”, enggak-enggak, maksudnya dia tidur dirumahnya sendiri-sendiri dalam waktu yang bersamaan (pikirannya udah pada ngeres aja nih?). Setiap detik bawaannya pengen SMSan aja, belum sempet bales SMS yang pertama, udah muncul aja SMS berikutnya. Barusan makan bareng, eh SMS nanyain udah makan belum? Pokoknya untuk pertanyaan yang ini adalah pertanyaan wajib yang harus di kirim, iya kan? ( cieee, ada yang ngerasa tuh). Jadi kesimpulannya menurut saya, orang yang baru PDKT atau baru jadian harusnya berat badannya naik (kecuali penulis, gak usah nanya kenapa?OK). Gimana tidak coba, bangun tidur nanyain udah sarapan belum? Siang dikit nanyain lagi, adzan dzuhur nanya lagi. Yaa pokoknya gitu lah, tiada hari dan jam tanpa makan. Kembali ke soal lagu. Untuk yang lagi kasmaran gini, lagu yang liriknya cinta banget jadi playlistnya sehari-hari.
  5. Mungkin ada yang senang karena gebetan lamanya baru putus ama pacarnya, sehingga dia merasa punya kesempatan dan kemungkinan untuk bisa dekat dengannya yang sudah ditunggunya setelah setengah abad, meski sadar kemungkinannya sangat kecil #jleb.
  6. Ada juga yang sebaliknya, sedih karena baru saja diputusin pacarnya sehingga dunia berasa kiamat katanya. Mungkin orang yang baru diputusin itu sadar diri juga, untuk mendapatkan pacar yang sama cantiknya belum tentu bisa, jangankan bisa, ada orang yang mau dengannya pun sudah pasti karena tidak sadar ato mungkin matanya rabun senja, bukan, bukan senja tapi rabun siang malam (miris banget dengernya ya? Kasihaaan…cup cup cup).
  7. Atau mungkin ada juga yang lagi seneeeeng banget karena cintanya berbalas alias tidak bertepuk sebelah tangan. Untuk orang yang lagi seneng gini lagu dengan tempo apa pun bawaannya pasti senyuuuum aja, entah dengan tempo cepat dan keras, sekeras hatimu (#eaaa), ato tempo selambat jalan bayi keong yang lagi teler sekalipun, tetep aja bawaannya senyum terus (ehm, ciyeee yang ngerasa jadi senyum-senyum gitu).
Kamu termasuk yang mana nih hehe…
Peran lirik disini yang menjadi alasan utama mereka untuk mau mendengarkan serta menikmati lagu itu. Untuk tipe orang seperti ini, mereka menganggap bahwa lagu itu mewakili apa yang sedang dirasakannya saat itu. Jadi katanya,”Ini lagu GUE BANGGGET…”.

Nah kalo kamu nikmatin musik dari sisi mana?

Salam buat pecinta musik tanah air. 
Thx sudah nyempetin baca, HORAS #eh…

2 comments:

  1. Nikmatnya music itu tergantung ma suasana hati,

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah kan. kalo yg komentar ini kelihatannya lagi galau ya.hehe...

      Delete