10/30/14

Permak Laundry

Nge-judge sesuatu yang jelek, baiknya tidak dilakukan. Apalagi hal yang masih bersifat duniawi.
"Gak ada yang kekal bro selain Dia.", kata teman saya.
Benar juga sih. Sejelek-jeleknya suatu benda, juga bakal ada manfaatnya kalau dipandang dari sudut lain, mungkin. Atau memang mau mencari apa-apa yang bisa diambil manfaat darinya. Seperti ketombe misalnya. Bagi kebanyakan orang, adanya ketombe akan mengganggu aktifitas seseorang. Bagaimana tidak, misalnya saat sholat, yang harusnya cukup sekali jalan, jadi harus mengulang sholatnya gara-gara tangan bergerak lebih dari tiga kali menggaruk kepala. Tapi, di sisi lain, adanya ketombe menjadikan lahan bisnis bagi pelaku bisnis shampo. Mana mungkin akan ditemukan shampo kalau tidak ada ketombe? Pelaku bisnis ini yang bisa membaca hal lain tentang ketombe sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat. :)

Tapi namanya
manusia, tetep saja suka nyinyirin sesuatu. Termasuk saya, hehe... Mungkin sudah terlalu sering dikecewakan olehnya. Makanya saya ungkapkan saja rasa kecewa saya. Hmm... Iya, sudah berulang kali saya menjalin hubungan dengannya, tapi selalu saja dikecewakan. Sebenarnya apa yang membuat saya kecewa sebenarnya adalah masalah sepele, karna dia yang selalu tidak on time. Dia selalu ingkar dari apa yang telah dijanjikan.

Iya, dia itu para penjahit. Di mana pun, kapan pun, dan siapa pun penjahitnya, saya selalu dikecewakan oleh mereka (saya TEKANKAN, MUNGKIN hanya penjahit yang saya temui). Bukan hanya sekali atau dua kali, tapi setiap saya berurusan dengannya, pasti harus menyiapkan tenaga lebih untuk sekedar menahan rasa kesal. Meski begitu, selalu saja saya mau-maunya dikecewakan lagi, he... Bukan saya tidak mau mencari penjahit lain yang lebih tepat waktu, tapi sepertinya para penjahit-penjahit itu pernah mengadakan 'konferensi meja bundar jahit' yang menghasilkan satu keputusan penting, yaitu: "Kami para penjahit bersepakat, bahwa setiap kami mengerjakan tugas, tidak akan selesai tepat sesuai waktu yang sudah kami janjikan."

Juga, sekarang saya kurang lagi percaya sama yang namanya jasa laundry lantaran punya pengalaman yang tidak mengenakkan. 
...
Alkisah, dulu, pagi-pagi sudah dibikin kesal sama tukang laundry. Bukannya apa-apa, baju kerja yang saya gunakan untuk hari itu ada di sana, dan laundry-nya belum selesai. Padahal harusnya mengambilnya kemarinnya lagi, karena memang janjinya begitu. Alhasil, saya mengambilnya pagi itu, sebelum berangkat kerja. Karena kalau kemarin sore, jelas tidak mungkin, saya hari itu jelas pulang malam, karena harus memberi les siswa saya yang memang besoknya adalah jadwal matematika (saat itu lagi UAS). Sedangkan kalau malam, laundrynya sudah tutup. Lagian itu bukan rumah, tapi  seperti toko kecil yang kalau malam tidak ada penghuninya.
Agak kesal sebenarnya dengan itu, tapi terkadang kita harus bersyukur sama orang yang sudah membuat kesal. Kenapa? Karena dengan adanya dia, kita jadi tau rasanya kesal itu seperti apa. Juga bersyukur dengan semua hal yang tak menyenangkan di dunia ini. Dengan adanya dia, kita jadi tau rasanya tak menyenangkan itu seperti  apa. Barangkali tanpa mereka kita malah tidak tau apa-apa. Dan pasti, setiap orang adalah sumber kekesalan bagi orang lain, termasuk saya. :)

Kembali ke kekesalan itu, saya akhirnya segera pulang dari tempat laundry itu untuk segera berangkat dengan tangan kosong. Pagi itu jam tujuh lebih lima menit. Sekolah masih UAS, jadi masuknya jam 7:30, jadi saya masih tidak terlambat karena perjalanan kurang lebih hanya 15 menit. Dan malamnya saya tidur dengan begitu nyenyak karena memang lelahnya bukan main, serta sepertinya tidak ada nyamuk. Atau mungkin nyamuknya kasihan sama saya. Terima kasih nyamuk.

Paginya saya kembali ke laundry jam tujuh, karena kalau saya datang jam enam pasti belum buka. Dan saya bukan perampok yang bisa membuka pintu tanpa kunci pintunya. Iya, di pintu toko laundrynya tertulis, buka dari pukul 07.00-19.00. Nyatanya saya sampai sana juga belum buka. Saya berbaik hati untuk menunggu hanya lima menit. Kenapa hanya lima menit? Iya, karena saya harus berangkat kerja, untungnya itu juga di sekolah masih UAS, jadi sekolah masuk jam 7.30. Lima menit tak kunjung datang, padahal hari itu juga harus memakai seragamnya. Sebenarnya itu aturan yang bisa ditolerir, tapi lebih kepada rasa tak enak kepada teman-teman. Dan saya memutuskan kembali ke kos untuk ganti baju seadanya. Maksudnya, seadanya yang masih bersih. Untung celana masih ada, tapi hem, benar-benar sudah tidak ada. Kurang dari satu menit, saya langsung memutuskan untuk memakai kaos dan nekat berangkat dengan melewati tempat laundry itu lagi barangkali sudah buka, dan dengan harapan sudah buka, sehingga saya bisa langsung mengganti bajunya di sana. Untungnya doa itu terkabul.

Yang jelas hari itu saya selamat. Bukan karena selamat dari hukuman yang diberikan oleh atasan saya, tapi hukuman dari ketidak enakan terhadap diri saya sendiri yang jauh tidak mengenakkan. Selain karena memang bukan makanan, rasa tidak enak terhadap diri sendiri yang menjadikan rasa bersalah, rasa yang datang dari dalam diri, juga diselesaikan oleh diri sendiri, yang terkadang jauh lebih sulit dari memberikan solusi masalah ke orang lain. Karena menurut saya, menasehati itu jauh lebih mudah daripada menyetrika. Ya? ya? ya?

Tapi apa pun, ke-dua jenis profesi ini adalah termasuk golongan orang-orang yang sabar. Saya tau betul, mereka selalu kena ocehan-ocehan para custemernya yang mengcomplain kerjanya. Dan saya pernah kena omelan itu lantaran waktu itu penjahitnya pergi ke warung di sebelahnya, dan tepat di tempat jahit itu hanya ada saya, yang juga mau mengambil jahitan, dan mesin-mesin jahit yang membisu. Tiba-tiba datang seorang ibu-ibu yang langsung turun dari motornya dengan wajah kaku ngomelin saya dengan nada suara tinggi. Dan saya hanya diam membisu menirukan ekspresi mesin-mesin jahit yang ada di sana. Sial. -____-'

No comments:

Post a Comment