Masalah lain selain anak tak mau
menurut apa yang diperintahkan, salah satunya adalah ketika anak meminta
sesuatu. Banyak orang tua yang saya lihat 'kalah' dengan kemauan anak. Sehingga
setiap si anak minta sesuatu, selalu harus dipenuhi sebagai penyelesaiannya.
Tanpa memperhitungkan dampaknya setelah itu.
Terkadang saya gemas juga setiap
melihat langsung kejadian ini terjadi. Di satu sisi saya bersyukur punya anak
yang (mudah-mudahan) tak sampai seperti anak lain yang apa-apa harus dipenuhi
keinginannya. Di sisi lain juga kasihan sama orang tua yang harus seperti itu
dalam mengurus anaknya. Di sisi lainnya lagi, ya itu tadi, gemas juga melihat
orang tua yang tak punya power dalam mendidik anak.
Beberapa kali saya berkonflik
dengan Frea. Saya ingat pesan ibunya Frea, jika sedang ada konflik dengan anak,
hendaknya sebisa mungkin diselesaikan hanya berdua dengan anak, tanpa ada yang
ikut campur. Kami selalu terapkan itu. Untuk negosiasi, sebaiknya dibicarakan
di belakang anak. Begitu pun jika ibunya yang berkonflik dengannya, saya juga
tak ikut campur. Baru setelah masalahnya selesai, tanpa didengar Frea, kami
ngobrol. Apa yang saya tak setuju, bilang ke ibunya. Di situ negosiasi terjadi.
Ya, senjata anak dalam
konflik ini tentu saja menangis. Yang jelas, tangisan akan semakin menjadi-jadi dalam perseteruan ini. Jika ada orang lain yang menyusup mencoba menyelesaikan tangisan anak, maka bisa dipastikan besoknya, anak akan melakukan hal yang sama. Dan tak akan respect dengan orang yang berkonflik sebelumnya. Maka itu selesaikanlah sendiri jika berkonflik dengan anak. Dengan seperti itu, anak akan segan dengan orang tuanya. Bukan masalah menakut-nakuti. Ini juga bentuk mendidik anak bahwa tak semua hal yang diinginkan, bakal selalu didapat. Sisipkan juga bahwa ada peran Allah di sana.
konflik ini tentu saja menangis. Yang jelas, tangisan akan semakin menjadi-jadi dalam perseteruan ini. Jika ada orang lain yang menyusup mencoba menyelesaikan tangisan anak, maka bisa dipastikan besoknya, anak akan melakukan hal yang sama. Dan tak akan respect dengan orang yang berkonflik sebelumnya. Maka itu selesaikanlah sendiri jika berkonflik dengan anak. Dengan seperti itu, anak akan segan dengan orang tuanya. Bukan masalah menakut-nakuti. Ini juga bentuk mendidik anak bahwa tak semua hal yang diinginkan, bakal selalu didapat. Sisipkan juga bahwa ada peran Allah di sana.
Sama halnya saat anak meminta
sesuatu. Anak akan mencoba berbagai cara agar keinginannya segera dikabulkan.
Cara pertama tentu saja dengan tangisan.
Sayangnya, meski cara ini sudah
sering dan selalu dilakukan, masih banyak orang tua yang entah tak tau atau tak
mau tau atau yang lazim digunakan adalah kata "kasihan". Lalu
permintaan anak pun segera dipenuhi.
Esoknya, saat anak melakukan hal
yang sama, eh orang tuanya ngeluh. Sekali lagi ini bukan mau atau tidak mau
memenuhi keinginan anak. Tapi lebih kepada mendidik, bahwa tak semua hal yang
diinginkan, selalu terpenuhi. Juga menjaga bahwa tak semua keinginan anak itu
baik untuknya.
Saya pernah ‘berseteru’ dengan
Frea selama hampir setengah jam. Cukup lama. Ibunya saat itu belum pulang. Frea
nangis dengan begitu keras. Biasanya Titinya yang mengambil alih untuk
mendiamkannya. Katanya, seorang embah biasanya memang begitu. Untungnya saat
itu di luar hujan deras. Frea saya gendong ke luar rumah agar tangisannya tak
didengar Titi-nya. Saya peluk Frea sampai tangisannya berhenti. Karna hanya itu
yang dibutuhkan anak. Alhamdulillah perseteruan itu bisa saya selesaikan
berdua. Saya lulus. Kalau tidak, di kemudian hari pasti dia akan mengulang cara
yang sama saat akan meminta sesuatu.
(1 Juli 2019)
No comments:
Post a Comment