Saat kali pertama saya tarawih
dengan dengkul masih ada luka, Frea ikut dengan saya. Jadi dia satu-satunya
orang di barisan shaf laki-laki yang memakai mukena. Shalat Isya, rakaat
pertama aman. Tapi sampai pada posisi sujud, Frea belum bisa sujud dengan posisi
benar menurut syariat. Sujudnya adalah posisi tidur dengan tengkurep.
Sebenarnya tidak ada masalah jika saja tengkurepnya ada di wilayah tempat
sholatnya. Tapi posisi tengkurep Frea, kakinya berada di tempat sujud orang di belakangnya. Saya
yang tadinya sholat ndak khusuk jadi makin tambah ndak khusyuk lagi melihat
tingkahnya.
Rakaat ke-dua dia ikut berdiri,
ruku, lalu sujud lagi. Tapi di rakaat ke-tiga, dia hanya duduk, diam, menghadap
ke belakang mengamati orang-orang yang lagi sholat. Rakaat terakhir sholat Isya
itu, dia tiduran. Kali ini tidurnya malah melintang ke arah utara-selatan.
Otomatis, kakinya berada di depan tempat sujut orang yang ada di sebelahnya.
Sungguh sholat isya yang penuh dengan pikiran yang bercabang dan jauh dari
ketidak-khusyu’an.
Pada saat yang lain dzikir, saya
tanya Frea apakah dia ngantuk? Dia hanya diam dan tak bergeming dari posisi tidurnya. Saya tau dia sudah sangat mengantuk. Terlihat dari sekeliling matanya yang memerah. Saya geser posisi tidurnya yang semula melintang, menjadi membujur, agar posisinya tidak mengganggu orang lain. Saya bilang ke Frea bahwa boboknya di situ, tidak boleh gerak-gerak. Dia memandang saya lalu hanya menjawab “Yaa,” kemudian diam, dan tidak lama tertidur. AlhamdulIllahnya, tidurnya tenang, tak bergeser sedikit pun sampai sholat tarawih dan witir selesai. Padahal kalau di rumah, tidurnya muter tak karuan.
tanya Frea apakah dia ngantuk? Dia hanya diam dan tak bergeming dari posisi tidurnya. Saya tau dia sudah sangat mengantuk. Terlihat dari sekeliling matanya yang memerah. Saya geser posisi tidurnya yang semula melintang, menjadi membujur, agar posisinya tidak mengganggu orang lain. Saya bilang ke Frea bahwa boboknya di situ, tidak boleh gerak-gerak. Dia memandang saya lalu hanya menjawab “Yaa,” kemudian diam, dan tidak lama tertidur. AlhamdulIllahnya, tidurnya tenang, tak bergeser sedikit pun sampai sholat tarawih dan witir selesai. Padahal kalau di rumah, tidurnya muter tak karuan.
Di lain hari, Frea ikut ibunya.
Di antara sholat tarawih dan witir, selalu ada ceramah. Tak bisa memungkiri
saat ceramah berlangsung, terkadang rasa kantuk tak bisa dibendung. Seperti
sedang didongengi sebagai pengantar tidur. Saya juga sering begitu. Tak
terkecuali juga orang-orang di sekeliling Frea saat itu. Saat ceramah selesai,
Frea bertanya, “Bu, tenapa waktu celamah, olang-olang pada bobok?”
Blaik.
(2 Juni 2019)
No comments:
Post a Comment