7/25/19

Bapak



Hampir setahun Bapak berjuang menahan sakitnya. Tak pernah putus asa sedikitpun. “Yaa ora pa-pa, sing penting sehat,” begitu kata Bapak setiap ada teman beliau yang datang menjenguk dan menyemangati Bapak. Apa pun Bapak bersedia melakukan, demi kesembuhannya. Termasuk ketika diharuskan untuk cuci darah dua kali dalam seminggu sejak Agustus tahun lalu (2018).

Saya selalu ingat, setiap kali habis menjenguk Bapak, saat pamitan ke beliau, kata-kata yang selalu saya ucapkan setelah salim mencium tangan dan kening beliau, sebelum mengucap salam, adalah “(Yang) Kuat nggih, Kung.” Seringnya, beliau hanya diam, lalu menjawab salam.

Begitu pun hari itu. Saya pamit kepada Bapak yang masih terbaring di rumah sakit, untuk kembali ke Semarang karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan, dan bilang kalau lusa akan kembali lagi. Saya berani meninggalkan Bapak karena kondisi beliau semakin membaik. Bapak sudah bisa bercanda lagi ketika ada saudara yang menjenguk. Saya tak menyangka kalau itu adalah pertemuan saya yang terakhir sebelum akhirnya Bapak kembali kepadaNya (3 Mei 2019).

Sugeng tindak, Pak. Berbahagialah di sana. Maafkan semua salah saya. Dan semoga saya tak pernah lupa mendoakanmu.

Untuk Bapak (Suroso bin Tjahyo), Al Fatihah....
(20 Mei 2019)


No comments:

Post a Comment