Senin, 15 April 2019, saya pulang
lebih awal dari pada hari Senin-Senin lain seperti biasanya. Tanpa rencana,
ibunya Frea mengajak saya ke dokter gigi. Katanya, mau mencabut sisa giginya
yang berlubang, juga sekaligus memeriksakan gigi Frea yang memang sudah ada
yang berlubang.
Sesampai di tempat dokter gigi,
sudah ada beberapa orang yang mengantri. Masing-masing membawa anak, termasuk
kami. Jadi di dalam ruang antrian, ada empat anak, 2 anak kira-kira berumur 3-4
tahun, seorang anak masih 1 tahunan, sementara Frea 2,5 tahun. Alhamdulillah
Frea yang paling aktif dan cerewet di antara yang lain. Punya anak yang aktif
dan cerewet itu menyenangkan, meski sesekali juga dibuat malu tapi juga geli
oleh kelakuannya yang tak terduga. Yang jelas harus punya tenaga ekstra untuk
mengawasinya.
Frea dan ibunya mendapat antrean
ke-empat dari yang ada di sana saat itu.
Dan tidak ada lagi pasien yang mengantri. Memang, dibandingkan
pasien dokter umum, pasien dokter gigi banyaknya lebih sedikit, meski sama-sama menggunakan BPJS. Yang punya BPJS, manfaatkanlah fasilitasnya, meski hanya sekadar membersihkan karang gigi, karna masih banyak orang yang belum memanfaatkan ini.
pasien dokter umum, pasien dokter gigi banyaknya lebih sedikit, meski sama-sama menggunakan BPJS. Yang punya BPJS, manfaatkanlah fasilitasnya, meski hanya sekadar membersihkan karang gigi, karna masih banyak orang yang belum memanfaatkan ini.
Saat giliran tiba, kami bertiga
masuk. Ya, saya ikut masuk karna harus menjaga Frea nanti saat ibunya
diperiksa. Sebenarnya ini adalah kali ke-dua Frea ke dokter gigi. Kurang lebih
sebulan sebelumnya, Frea bersama saya yang periksa. Tapi saat itu, belum
diapa-apakan, Frea sudah nangis duluan. Jadi dokternya (yang saat itu
perempuan) hanya memberi rujukan ke dokter gigi anak, yang dianggap mempunyai
trik-trik khusus dalam menangani anak.
Kali ini, saat pintu dibuka dan
melihat dokternya laki-laki dan muda, saya dan istri saling pandang. Apa yang ada dipikiran kami ternyata sama.
Frea yang diperiksa lebih dahulu.
Ibunya menyampaikan keluhan yang diderita Frea, bahwa giginya ada yang
berlubang. Dan kami bermaksud untuk menambalkannya. Berbeda dengan pertemuannya
dengan dokter gigi sebelumnya, kali ini Frea menurut ketika diminta dokternya
untuk membuka mulutnya. Om dokter memeriksanya, lalu menambal giginya yang
berlubang. Meski kurang sempurna, tapi bisa dibilang berhasil.
Begitulah Frea, dia sudah bisa
membedakan mana laki-laki dan mana perempuan. Juga sikap ketertarikannya dengan
lawan jenis. Hmm.... (Catatan 16 April 2019)
No comments:
Post a Comment