7/25/19

Bapak IV



Saya sadar, saya bukanlah tipe orang yang bisa ngobrol lama dengan orang lain, apalagi yang tak sefrekuensi. Juga dengan Bapak. Meski hubungan antara Bapak dengan anak bukanlah masalah sefrekuensi atau tidak. Banyak hal yang tak saya omongkan ke Bapak, tapi beliau tau. Apa yang masih ada di dalam hati dan baru berniat untuk mengatakannya ke Bapak, beliau sudah bisa menebaknya.

Sebagai seorang anak, apa-apa yang sekiranya tak mengenakkan hati saya, juga khususnya Bapak, inginnya saya menyembunyikannya dari Bapak. Saya tak ingin membebankan pikiran Bapak. Saya tau perasaan seorang Bapak jika tau anaknya tak bahagia. Namun tanpa diceritakan pun, besar kemungkinan Bapak tau jika anaknya sedang ada masalah.

Bapak juga tipe orang yang sama. Beliau tak ingin membebankan masalah ke orang lain. Sebisa mungkin, apa-apa yang sedang dihadapinya, diselesaikannya sendiri, tanpa membebankan kepada orang lain. Termasuk saat beliau menahan sakit yang dideritanya.

Sebenarnya sebelum Bapak difonis sakit, perubahan fisik Bapak sudah terlihat. Tubuhnya makin kurus. Melihat perubahan fisik Bapak tersebut, saya berkali-kali mengajak Bapak untuk mengecek kesehatannya. Tapi berkali-kali pula Bapak menolaknya. Tak hanya anak-anaknya yang meminta Bapak untuk periksa, teman dan para tetangga di rumah pun berkali-kali juga membujuknya. Tapi ya itu, Bapak adalah tipe orang yang tak ingin menyusahkan orang lain. Beda dengan saya yang sudah banyak menyusahkan orang lain.

Begitu banyaknya orang-orang yang sangat peduli dan menyayangi Bapak. Ini terlihat selama Bapak sakit. Begitu banyak orang yang menjenguk Bapak, entah pada waktu di rumah maupun saat berada di rumah sakit. Juga terlihat saat Bapak kembali padaNya. Begitu banyak orang-orang yang datang melayat Bapak.

Dari setiap peristiwa, ada hal yang bisa kita ambil untuk dijadikan pembelajaran. Maha Benar Allah dengan segala firmanNya.

Untuk Bapak, Al Fatihah....
(19 Juni 2019)

No comments:

Post a Comment