Puasa dan lebaran tahun ini
adalah kali pertama tanpa ditemani Bapak, setelah beliau kapundhut dua hari
menjelang ramadhan sebulan lalu.
Apa yang paling membekas dari
Bapak saat ramadhan adalah cara membangunkan saya ketika sahur. Meski agak
keras, intonasi suaranya tak mungkin akan terlupa di otak saya. Juga nada
ketika beliau ndarus. Nada mengaji yang begitu khas. Saya menyesal karna tak
sempat merekamnya.
Ada kenangan lain saat bulan
puasa dengan Bapak yang sampai saat ini masih berkesan. Kejadiannya saat saya
masih SD. Entah kelas berapa. Di kampung saya waktu itu, tiap ngabuburit,
anak-anak pada sepedaan ke bendungan yang jaraknya kira-kira tiga kiloan meter.
Ya, lumayan jauh memang. Tapi itulah satu-satunya obyek yang paling menarik
kami untuk mendatanginya.
Sebelum berangkat, Bapak selalu
berpesan agar sebelum beduk Maghrib harus sudah sampai di rumah. Layaknya
anak-anak, keasyikan bermain bisa melupakan segalanya, terutama waktu. Karena
masalah itu, saya dimarahi Bapak. Padahal hanya selang beberapa menit setelah
adzan. Kini saya tau kekhawatiran seorang orang tua terhadap anaknya.
Ini adalah kenangan foto-foto
bapak lebaran tahun lalu. Di mana beliau masih bisa membuatkan taman kecil
untuk bermain cucu-cucunya, bersilaturahmi dengan saudara, bercanda dengan anak-cucunya,
juga masih bisa mendoakan hal-hal yang terbaik untuk anak-anaknya.
(6 Juni 2019)
No comments:
Post a Comment