Pasca jatuh (3 Mei 2019),
semingguan di rumah, saya tidak tarawih. Di lutut ada lecet yang lumayan besar.
Maka ketika sujud, saya harus ekstra pelan dan hati-hati sehingga membutuhkan
waktu yang lama. Karena itu saya memutuskan untuk tidak tarawih. Saya baru tarawih
ketika memasuki 10 malam yang ke-dua, meski luka di lutut belum sembuh benar.
Pasca jatuh itu pula saya belum
bisa mengendarai motor, karena ada luka di telapak tangan kanan. Maka setiap
saya ke masjid untuk tarawih, ibunya Frea yang mengendarai motor di depan dan
saya hanya membonceng saja. Dia yang mengantar-jemput saya, Titi, dan Tatung
saat ke masjid—juga bersama Frea tentunya.
Sebenarnya tidak terlalu jauh jarak
dari rumah ke masjid, hanya saja masjidnya adalah masjid instansi pemerintah
yang letaknya berada di dalam komplek perkantoran, dan untuk menuju ke sana
harus melewati gerbang yang ada pos penjaganya. Masjid yang hanya ramai saat
ada tarawih, sholat Jum’at, serta sholat Id saja. Setelah itu, hanya dihuni
oleh orang-orang diperkantoran itu saja karena letaknya bukan di area
perkampungan. Tak sampai 15 menit, begitu tarawih selesai, di masjid hanya
tersisa 2-3 orang. Pernah suatu kali sesampai di masjid saat menjemput saya,
masjid sudah sepi. Frea bilang ke ibunya, “Bu, masjidnya sudah habis.” BUKAN
MASJIDNYA YANG HABIS FREE... TAPI ORANGNYA YANG SUDAH HABIS.
Suatu malam, setelah tarawih
usai,
seperti biasa ibunya Frea mengantarkan Titi dan Tatung dulu ke rumah, baru setelah itu kembali ke masjid lagi menjemput saya. Frea? Tentu saja dia ikut mondar-mandir bersama ibunya.
seperti biasa ibunya Frea mengantarkan Titi dan Tatung dulu ke rumah, baru setelah itu kembali ke masjid lagi menjemput saya. Frea? Tentu saja dia ikut mondar-mandir bersama ibunya.
Saat itu ada pelatihan dari
instansi pemerintah yang jumlahnya sangat banyak di sepanjang jalan depan
masjid. Sesampai di tengah kerumunan orang-orang itu Frea teriak, “WAAAH...
BANYAK TETALI !!!” Kontan orang-orang itu mengarahkan pandangan ke Frea dan
ibunya. Ada seorang di kerumunan orang itu yang menyahuti Frea, “Iya, banyak.
Ini kan kereta api.” Ibunya merah padam. Haha...
(2 Juni 2019)
No comments:
Post a Comment