Jumat pagi, bangun tidur Frea menangis
mencari ibunya. Tumben dia menangis, biasanya tak seperti itu. Begitu bangun,
meski tak ada orang di sampingnya, dia langsung turun dari tempat tidur, keluar
kamar, lalu menuju dapur mencari ibunya. Setidaknya, di sana pasti ada orang.
Setiap pagi, dapur dan kamar mandi (yang letaknya bersebelahan) adalah pusat
aktifitas di rumah.
Karna saya yang melihatnya
terlebih dahulu, maka saya gendong Frea, untuk kemudian mengalihkan
perhatiannya agar berhenti menangis. Saya membawanya ke luar rumah untuk
melihat anjing tetangga, dia masih saja menangis. Saya tawari ambil bunga di
dekat pertigaan jalan, dia tetap menangis. Padahal ke-dua hal tadi, adalah hal
yang begitu disukainya saat pagi tiba (dan saya punya waktu agak longgar
tentunya).
Untuk diketahui, Frea adalah tipe
anak yang ketika menangis, hanya sebentar saja. Tapi kala itu, ia benar-benar
hanya mencari ibunya. Saya kalah. Saya menyerah. Masih dalam keadaan menangis,
saya bawa Frea ke dapur mengantarkan ke ibunya.
Ternyata, sandiwaranya tak cuma
sampai di sana. Saat sudah
digendong ibunya, ibunya tak boleh melakukan hal lain selain memeluk dirinya. Rupanya, dia ingin dimanja penuh oleh ibunya.
digendong ibunya, ibunya tak boleh melakukan hal lain selain memeluk dirinya. Rupanya, dia ingin dimanja penuh oleh ibunya.
Frea sudah tau ngambek. Memang kemarin,
seharian penuh dia tak bertemu kami—orang tuanya. Ibunya sampai di rumah
maghrib karna habis takziah ke luar kota. Dan saya, lebih malam lagi, karna
ngelesi. Jadi saya tak sempat bermain dengannya, dan Frea bahkan tak melihat saya pulang karna dia sudah
tidur.
Eh, kalau kayak gitu itu, kangen
apa ngambek ya? Begitulah Frea, meski tak jarang ibunya memarahinya, kangen opo
ngambek podho wae, tetap saja setiap bangun tidur yang dicari adalah ibunya.
Hmm.... Kolo-kolo Bapak, to, Fre.
(25 Maret 2019)
No comments:
Post a Comment