Hal-hal yang baik seharusnya
memang ditanamkan pada anak sedini mungkin. Tak ada orang tua sebejad apa pun
yang menginginkan anaknya jadi orang jahat. Tak ada pemabuk yang menyuruh
anaknya mabuk. Tak ada pencuri yang berdoa agar anaknya bisa menjadi penerus
mencuri. Semua ingin agar anak-anak mereka baik.
Hingga tak heran jika ada seorang
dengan wajah merah padam habis mabuk, mengantarkan anaknya mengaji. Saya juga
sering melihat seorang ibu-ibu muda yang mengantarkan anaknya ke sekolah
berseragam muslim rapat dengan kerudungnya, sementara si ibu muda itu memakai
kaus ketat dengan bawahan hot pant yang membuat saya senang melihatnya.
Semua itu semata-mata adalah
bentuk ikhtiar orang tua agar kelak sang anak menjadi anak yang baik, yang
syukur-syukur bisa membanggakan dan mendoakan orang tuanya.
Pun kami.
Sedini mungkin kami tanamkan di diri
Frea hal-hal yang baik-baik. Berdoa sebelum melakukan sesuatu, bersyukur
setelah memperoleh sesuatu yang baik, makan-minum pakai tangan kanan, mandi
sehari dua kali meski terkadang saya tidak, makan-minum sambil duduk, ngupil
dengan jari – bukan dengan garpu, dan
masih banyak hal baik lain.
Juga ada beberapa
kata yang harus diucapkan ke orang lain, seperti mengucapkan terima kasih setelah mendapatkan bantuan, bilang “amit” atau “permisi” ketika melewati seseorang, meminta ijin ketika mau pinjam sesuatu, dan meminta maaf apabila melakukan kesalahan.
kata yang harus diucapkan ke orang lain, seperti mengucapkan terima kasih setelah mendapatkan bantuan, bilang “amit” atau “permisi” ketika melewati seseorang, meminta ijin ketika mau pinjam sesuatu, dan meminta maaf apabila melakukan kesalahan.
Saya selalu geli saat Frea
mengucapkan hal-hal tersebut ke seseorang, apalagi saat pertama kali
mendengarnya dan sadar dengan sendirinya tanpa kami suruh.
Pertama kali Frea bilang
“Timatatih, Paak...” setelah saya beri dia sesuatu, rasanya lucu dan senang.
Apalagi waktu dia meminta ijin saya ketika akan meminjam HP saya. “Pak, mau
liat HP, boleh?” atau “Pak, Peya mainan dulu, ya, boleh?”
Saya pernah tertipu (lagi)
olehnya tentang meminta ijin untuk mainan HP ini. Tapi kejadiannya sudah
lumayan lama. Waktu itu, kami masih memberi aturan ke Frea waktu-waktu di mana
dia boleh melihat HP (sekarang kami sudah tidak memperbolehkan/tidak ada jadwal
melihat HP lagi, paling hanya sesekali saja). Di antara waktu-waktu itu adalah
saat dia akan tidur.
Saat itu, waktu kami ngobrol di
ruang tamu, Frea merajuk minta liat HP saya. Tidak saya ijinkan. Dia diam,
nampak memikirkan sesuatu. Dia tau kalau orang tuanya hanya membolehkan dia
liat HP saat akan tidur dan saat-saat tertentu saja. Tiba-tiba dia masuk kamar,
lalu naik ke tempat tidur.
“Pak, bobok yuk, bobok!”
Saya belum ngeh, tapi saya jawab,
“Ok, yuk.”
“Bobok tambil liat HP tapi, ya?”
“...”
Akhirnya saya kalah. Saya
terpaksa membolehkan dia lihat HP karna sebelumnya saya bilang ke dia, bahwa
nanti boleh liat HP-nya saat mau tidur. Itu pun tidak boleh lama. Setelah
dirasa cukup, saya meminta HP-nya kembali. Tapi apa yang terjadi sodara-sodara?
Setelah HP saya ambil dan memintanya untuk tidur, dia KABUR KELUAR KAMAR,
MAINAN LAGI. Asem.
(16 Juni 2019)
No comments:
Post a Comment