7/25/19

Baik



Hal-hal yang baik seharusnya memang ditanamkan pada anak sedini mungkin. Tak ada orang tua sebejad apa pun yang menginginkan anaknya jadi orang jahat. Tak ada pemabuk yang menyuruh anaknya mabuk. Tak ada pencuri yang berdoa agar anaknya bisa menjadi penerus mencuri. Semua ingin agar anak-anak mereka baik.

Hingga tak heran jika ada seorang dengan wajah merah padam habis mabuk, mengantarkan anaknya mengaji. Saya juga sering melihat seorang ibu-ibu muda yang mengantarkan anaknya ke sekolah berseragam muslim rapat dengan kerudungnya, sementara si ibu muda itu memakai kaus ketat dengan bawahan hot pant yang membuat saya senang melihatnya.

Semua itu semata-mata adalah bentuk ikhtiar orang tua agar kelak sang anak menjadi anak yang baik, yang syukur-syukur bisa membanggakan dan mendoakan orang tuanya.

Pun kami.

Sedini mungkin kami tanamkan di diri Frea hal-hal yang baik-baik. Berdoa sebelum melakukan sesuatu, bersyukur setelah memperoleh sesuatu yang baik, makan-minum pakai tangan kanan, mandi sehari dua kali meski terkadang saya tidak, makan-minum sambil duduk, ngupil dengan jari – bukan  dengan garpu, dan masih banyak hal baik lain.

Juga ada beberapa
kata yang harus diucapkan ke orang lain, seperti mengucapkan terima kasih setelah mendapatkan bantuan, bilang “amit” atau “permisi” ketika melewati seseorang, meminta ijin ketika mau pinjam sesuatu, dan meminta maaf apabila melakukan kesalahan.

Saya selalu geli saat Frea mengucapkan hal-hal tersebut ke seseorang, apalagi saat pertama kali mendengarnya dan sadar dengan sendirinya tanpa kami suruh.

Pertama kali Frea bilang “Timatatih, Paak...” setelah saya beri dia sesuatu, rasanya lucu dan senang. Apalagi waktu dia meminta ijin saya ketika akan meminjam HP saya. “Pak, mau liat HP, boleh?” atau “Pak, Peya mainan dulu, ya, boleh?”

Saya pernah tertipu (lagi) olehnya tentang meminta ijin untuk mainan HP ini. Tapi kejadiannya sudah lumayan lama. Waktu itu, kami masih memberi aturan ke Frea waktu-waktu di mana dia boleh melihat HP (sekarang kami sudah tidak memperbolehkan/tidak ada jadwal melihat HP lagi, paling hanya sesekali saja). Di antara waktu-waktu itu adalah saat dia akan tidur.

Saat itu, waktu kami ngobrol di ruang tamu, Frea merajuk minta liat HP saya. Tidak saya ijinkan. Dia diam, nampak memikirkan sesuatu. Dia tau kalau orang tuanya hanya membolehkan dia liat HP saat akan tidur dan saat-saat tertentu saja. Tiba-tiba dia masuk kamar, lalu naik ke tempat tidur.

“Pak, bobok yuk, bobok!”

Saya belum ngeh, tapi saya jawab, “Ok, yuk.”

“Bobok tambil liat HP tapi, ya?”

“...”

Akhirnya saya kalah. Saya terpaksa membolehkan dia lihat HP karna sebelumnya saya bilang ke dia, bahwa nanti boleh liat HP-nya saat mau tidur. Itu pun tidak boleh lama. Setelah dirasa cukup, saya meminta HP-nya kembali. Tapi apa yang terjadi sodara-sodara? Setelah HP saya ambil dan memintanya untuk tidur, dia KABUR KELUAR KAMAR, MAINAN LAGI. Asem.
(16 Juni 2019)

No comments:

Post a Comment