Satu yang saya sering ingat ketika akan melakukan kesalahan adalah hukumannya. Baik saat sekolah dulu sampai dengan kehidupan sekarang, yang bahkan sudah tak ada lagi orang yang mau menghukumnya. Iya barangkali hukum alam dan hukuman dari Tuhan adalah hal yang begitu sangat menakutkan bagi saya.
Selain dua hukuman itu, ada lagi hukuman lain yang saat sekolah dulu, lebih menakutkan dari sekedar dihukum untuk lari keliling lapangan atau push up. Ia adalah hukuman yang bisa membuat malu. Entah diminta menyanyi di depan kelas, atau meminta tanda tangan ke semua guru yang ada di sekolah.
Bagi saya, #dibuatmalu adalah sebuah aib. Aib yang
suatu waktu akan diungkapkan oleh teman sebagai amunisi bahan cemoohan. Entah karena sebab apa, saya lebih takut dicemooh daripada kelelahan mengeluarkan banyak tenaga yang mungkin malah bisa bikin pingsan. Atau ini memang yang banyak dialami oleh banyak orang?
Kalau memang ini yang banyak dialami banyak orang, berarti memang seharusnya setiap apa-apa yang dilanggar, pelakunya dibuat malu saja. Syukur-syukur pemerintah mendukung program ini. :) Namun, jika tidak disuport pemerintah pun, seharusnya ini bisa diwujudkan oleh masyarakatnya sendiri. Iya, kita bisa saja mewujudkan program ini. Tidak perlu menunggu pemerintah, tidak perlu menunggu orang banyak, bahkan juga tidak perlu menunggu orang lain untuk melakukannya. Cukup diri kita sendiri juga bisa melakukan hal ini. Ah, masa bisa?
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selain menjambak orang botak. Juga tidak ada yang tidak bisa dilakukan didunia ini kecuali seseorang mencium sikunya sendiri (kecuali yang bisa). Apalagi, sekarang sudah era yang modern, di mana setiap orang bisa menyebarkan sebuah informasi tanpa harus bertemu dengan banyak orang, juga tanpa harus beranjak dari kenyamanannya di tempat tidur. Tinggal meng-update status di sosial media atau blog, informasi itu sudah bisa dilihat oleh banyak orang.
Lantas dengan cara apa kita bisa membuat malu seseorang? Sebenarnya mudah saja. Jaman sekarang siapa yang tidak punya hand phone? Setiap orang pasti punya. Bahkan sampai anak kecil pun punya. Dan dalam HP tersebut pasti sudah ada fiture kameranya. Jadi, jika ada oknum yang melakukan hal yang tidak sesuai dengan norma, baik agama, susila, atau pun hukum, tinggal di foto, trus diupload ke dunia maya. Simple.
Ini adalah contoh
Terus, apakah efeknya langsung mengena? Tidak. Tapi, setidaknya orang yang akan melakukan hal serupa akan mikir dua kali sebelum melakukannya. "Ah, jangan-jangan ntar gue ada yang ngefoto lagi.", kalimat ini yang akan terngiang sebelum akan melakukan tindakan bodohnya. Tapi, ini hanya berlaku bagi orang yang normal, yang masih punya rasa malu. Dan saya yakin, Indonesia adalah satu negara yang masyarakatnya masih menjunjung tinggi budaya ketimuran.
Apakah usaha membuat malu ini berdampak baik? Tentu, dalam setiap tindakan apa pun punya dua sisi akibat yang ditimbulkan, positif-negatif, disuka-tidak disuka.
Baiknya, perlakuan #dibuatmalu ini ditujukan kepada mereka yang sudah tidak dalam masa pertumbuhan. Emm... gini, maksudnya, perlakuan #dibuatmalu ini ditujukan kepada mereka yang sudah dewasa, mereka yang sudah tau mana baik mana buruk. Kenapa? Tujuan dari adanya hukuman ini adalah agar para pelaku menjadi jera, tidak lagi melakuakan hal serupa di kemudian hari. Juga, sebagai pengontrol tindak kriminal yang terjadi di masyarakat. Karena apabila ini diterapkan pada mereka yang masih dalam masa anak-anak, hal ini bisa membuat mereka jadi orang yang tidak percaya diri, menjadi diri yang pemalu. Apalagi kesalahan yang dibuat adalah kesalahan anak kecil dalam taraf wajar.
Saya tau betul. Ya, saya adalah korban dari perlakuan ini oleh keluarga-keluarga dekat saya dulu ketika kecil. Betapa saya dikelilingi oleh kemarahan-kemarahan, cacian-cacian, dan cemoohan oleh orang tua-orang tua (juga saudara dan tetangga) ketika anak mereka melakukan kesalahan. Jarang sekali (atau mungkin saya yang lupa) ketika kita melakukan/mencoba sesuatu yang baru, mendapatkan tepuk tangan atau reward dalam bentuk apa pun. Sekedar berkata, "Wah... hebat sekali kamu." adalah bentuk support yang akan membangun rasa percaya diri yang luar biasa sehingga berani mencoba hal baru yang lain. Bukan saya mau menjelekkan keluarga saya, tapi ini adalah bentuk sharing demi kebaikan. Agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang serupa pada masa sekarang yang seharusnya memang tidak perlu dilakukan.
Misalkan begini, ketika seorang siswa sedang mengerjakan soal yang diberi oleh guru, ternyata, jawaban siswa tersebut tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kunci jawaban. Gara-gara masalah tersebut, sang guru menghukum anak tersebut dengan menyuruhnya lari keliling sekolahan sambil membawa tulisan "saya anak bodoh". Tentu ini adalah hukuman yang salah. Tidak seharusnya kesalahan-kesalahan kecil yang masih dalam batas normal itu diberi hukuman.
Tapi jika memang sudah keterlaluan, hukuman itu memang sudah selayaknya dijalankan. :)
Dan mari kita mulai.
Selain dua hukuman itu, ada lagi hukuman lain yang saat sekolah dulu, lebih menakutkan dari sekedar dihukum untuk lari keliling lapangan atau push up. Ia adalah hukuman yang bisa membuat malu. Entah diminta menyanyi di depan kelas, atau meminta tanda tangan ke semua guru yang ada di sekolah.
Bagi saya, #dibuatmalu adalah sebuah aib. Aib yang
suatu waktu akan diungkapkan oleh teman sebagai amunisi bahan cemoohan. Entah karena sebab apa, saya lebih takut dicemooh daripada kelelahan mengeluarkan banyak tenaga yang mungkin malah bisa bikin pingsan. Atau ini memang yang banyak dialami oleh banyak orang?
Kalau memang ini yang banyak dialami banyak orang, berarti memang seharusnya setiap apa-apa yang dilanggar, pelakunya dibuat malu saja. Syukur-syukur pemerintah mendukung program ini. :) Namun, jika tidak disuport pemerintah pun, seharusnya ini bisa diwujudkan oleh masyarakatnya sendiri. Iya, kita bisa saja mewujudkan program ini. Tidak perlu menunggu pemerintah, tidak perlu menunggu orang banyak, bahkan juga tidak perlu menunggu orang lain untuk melakukannya. Cukup diri kita sendiri juga bisa melakukan hal ini. Ah, masa bisa?
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selain menjambak orang botak. Juga tidak ada yang tidak bisa dilakukan didunia ini kecuali seseorang mencium sikunya sendiri (kecuali yang bisa). Apalagi, sekarang sudah era yang modern, di mana setiap orang bisa menyebarkan sebuah informasi tanpa harus bertemu dengan banyak orang, juga tanpa harus beranjak dari kenyamanannya di tempat tidur. Tinggal meng-update status di sosial media atau blog, informasi itu sudah bisa dilihat oleh banyak orang.
Lantas dengan cara apa kita bisa membuat malu seseorang? Sebenarnya mudah saja. Jaman sekarang siapa yang tidak punya hand phone? Setiap orang pasti punya. Bahkan sampai anak kecil pun punya. Dan dalam HP tersebut pasti sudah ada fiture kameranya. Jadi, jika ada oknum yang melakukan hal yang tidak sesuai dengan norma, baik agama, susila, atau pun hukum, tinggal di foto, trus diupload ke dunia maya. Simple.
Ini adalah contoh
Terus, apakah efeknya langsung mengena? Tidak. Tapi, setidaknya orang yang akan melakukan hal serupa akan mikir dua kali sebelum melakukannya. "Ah, jangan-jangan ntar gue ada yang ngefoto lagi.", kalimat ini yang akan terngiang sebelum akan melakukan tindakan bodohnya. Tapi, ini hanya berlaku bagi orang yang normal, yang masih punya rasa malu. Dan saya yakin, Indonesia adalah satu negara yang masyarakatnya masih menjunjung tinggi budaya ketimuran.
Apakah usaha membuat malu ini berdampak baik? Tentu, dalam setiap tindakan apa pun punya dua sisi akibat yang ditimbulkan, positif-negatif, disuka-tidak disuka.
Baiknya, perlakuan #dibuatmalu ini ditujukan kepada mereka yang sudah tidak dalam masa pertumbuhan. Emm... gini, maksudnya, perlakuan #dibuatmalu ini ditujukan kepada mereka yang sudah dewasa, mereka yang sudah tau mana baik mana buruk. Kenapa? Tujuan dari adanya hukuman ini adalah agar para pelaku menjadi jera, tidak lagi melakuakan hal serupa di kemudian hari. Juga, sebagai pengontrol tindak kriminal yang terjadi di masyarakat. Karena apabila ini diterapkan pada mereka yang masih dalam masa anak-anak, hal ini bisa membuat mereka jadi orang yang tidak percaya diri, menjadi diri yang pemalu. Apalagi kesalahan yang dibuat adalah kesalahan anak kecil dalam taraf wajar.
Saya tau betul. Ya, saya adalah korban dari perlakuan ini oleh keluarga-keluarga dekat saya dulu ketika kecil. Betapa saya dikelilingi oleh kemarahan-kemarahan, cacian-cacian, dan cemoohan oleh orang tua-orang tua (juga saudara dan tetangga) ketika anak mereka melakukan kesalahan. Jarang sekali (atau mungkin saya yang lupa) ketika kita melakukan/mencoba sesuatu yang baru, mendapatkan tepuk tangan atau reward dalam bentuk apa pun. Sekedar berkata, "Wah... hebat sekali kamu." adalah bentuk support yang akan membangun rasa percaya diri yang luar biasa sehingga berani mencoba hal baru yang lain. Bukan saya mau menjelekkan keluarga saya, tapi ini adalah bentuk sharing demi kebaikan. Agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang serupa pada masa sekarang yang seharusnya memang tidak perlu dilakukan.
Misalkan begini, ketika seorang siswa sedang mengerjakan soal yang diberi oleh guru, ternyata, jawaban siswa tersebut tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kunci jawaban. Gara-gara masalah tersebut, sang guru menghukum anak tersebut dengan menyuruhnya lari keliling sekolahan sambil membawa tulisan "saya anak bodoh". Tentu ini adalah hukuman yang salah. Tidak seharusnya kesalahan-kesalahan kecil yang masih dalam batas normal itu diberi hukuman.
Tapi jika memang sudah keterlaluan, hukuman itu memang sudah selayaknya dijalankan. :)
Dan mari kita mulai.
walah, kalo gitu nanti saya sering digituin sama guru karena sering salah hehe
ReplyDeletemakanya harus disesuaikan, he..
Deletemaling dan tindak kriminal serta asusila lain perlu juga #dibikinmalu. :)
Ya gimana ya, orang-orang di Senayan sana yang (ngakunya) udah dewasa, malah nggak punya rasa malu. Hm...
ReplyDeleteDuh iya ya? Hmm... jg deh. :)
Delete