9/24/16

Tentang (nama) Kamu



Apa arti sebuah nama? 

Begitu kata sebagian kaum yang berpenilaian bahwa nama tak lebih dari sebuah kata yang menancap pada diri seseorang, agar orang lain mudah untuk bersapa dan berkomunikasi. Bayangkan saja jika semua orang yang ada di bumi ini tanpa nama? Bagaimana saya menyapa anda, juga anda menyapa gebetan anda? Kalang kabut tak karuan. Hah, heh, hah, heh, saja ya?.

Juga, bahwa sebuah nama tidak menjamin tingkah laku seseorang. Semua tingkah laku, bukan datang dari siapa nama yang melekat pada diri seseorang. Tak hanya soal perilaku, nama juga tak menjamin seseorang jadi sukses apa tidak. Tak jarang nama yang kata kebanyakan orang norak pun, banyak yang sukses. Meski tak sedikit pula yang kurang beruntung. Pun sebaliknya, kan?

Juga, nama hanya berfungsi agar memudahkan petugas sensus dan petugas kelurahan, dalam menuliskan di kolom ‘nama’. Ya, ia mempermudah dalam masalah administrasi.

Terus, apalagi ya?
Oh ini,

2/5/16

Ya Gitu, Gak Enak.

"Tempat dudukku situ.", kata seorang ibu --yg membawa anaknya-- kepada temannya sambil menunjuk tempat duduk yg dimaksud, sesuai yg tertera di tiketnya, tapi tidak berani ngomong langsung ke orang yg lagi duduk di kursi itu. Ini kebiasaan orang 'kampung', yg masih membawa budaya ewuh-pekewuh, atau kalau di-Indonesia-kan artinya ada rasa 'tidak enak'.

Dalam contoh lain begini: Misalkan ada seseorang yg kaya raya, dan bingung mau disedekahkan ke mana uang itu. Terus tiba-tiba dia mau memberikan satu rumahnya ke saya dengan cuma-cuma. Saya sebagai orang yg baik, tentunya tidak ingin mengecewakan dia yg sudah berbaik hati, juga yg sudah mencari ladang pahala dengan caranya, tidak mau mengecewakan dia begitu saja. Ada rasa tidak enak dalam diri saya untuk menolak pemberiannya itu. Maka dengan berat senang hati, saya menerima pemberiannya tersebut. Ok, sepertinya contoh yg saya berikan tidak menambah wawasan anda dalam memahami makna ewuh-pekewuh ini ya? Emm.. Lupakan.

Nah, rasa tidak enak itu yg masih