Apa arti sebuah nama?
Begitu kata sebagian kaum yang berpenilaian bahwa nama tak lebih dari sebuah kata yang menancap pada diri seseorang, agar orang lain mudah untuk bersapa dan berkomunikasi. Bayangkan saja jika semua orang yang ada di bumi ini tanpa nama? Bagaimana saya menyapa anda, juga anda menyapa gebetan anda? Kalang kabut tak karuan. Hah, heh, hah, heh, saja ya?.
Juga, bahwa sebuah nama
tidak menjamin tingkah laku seseorang. Semua tingkah laku, bukan datang dari
siapa nama yang melekat pada diri seseorang. Tak hanya soal perilaku, nama juga
tak menjamin seseorang jadi sukses apa tidak. Tak jarang nama yang kata
kebanyakan orang norak pun, banyak yang sukses. Meski tak sedikit pula yang
kurang beruntung. Pun sebaliknya, kan?
Juga, nama hanya
berfungsi agar memudahkan petugas sensus dan petugas kelurahan, dalam
menuliskan di kolom ‘nama’. Ya, ia mempermudah dalam masalah administrasi.
Terus, apalagi ya?
Oh ini,
ia juga berfungsi agar sang orang tua, mudah dalam memanggil si anak saat mau menyuruhnya untuk beli sabun di warung. :)
ia juga berfungsi agar sang orang tua, mudah dalam memanggil si anak saat mau menyuruhnya untuk beli sabun di warung. :)
Pada akhirnya, saya dan
istri pun harus menyiapkan nama untuk anak kami. Melalui makan romantis diskusi
dan perdebatan sengit sederhana (tidak debat juga, sih. Karena pencarian nama ini tidak dibatasi waktu dalam 1 jam atau dalam satu hari), kami terus mencari nama yang perlu ada
kesepakatan antara ke dua belah pihak. Ya, maksudnya saya dan istri. Tentunya kami
menyiapkan dua nama, untuk laki-laki, juga perempuan, meski saat usia kandungan
menginjak 7 bulan, sang dokter selalu menyebutkan jenis kelaminnya setiap kali
di USG. Bukan tidak percaya dengan hasil USG, tapi tidak sedikit kasus yang
saat di USG perempuan, tapi ternyata saat si bayi lahir laki-laki. Padahal
orang tuanya sudah membelikan berbagai pernik untuk anaknya berwarna pink. :)
Allah Maha Besar. Maha
Memungkinkan. Apa yang Dia kehendaki, mutlak kuasa-Nya. Karna itu kami tak
berani terlalu cepat mengiyakan suatu kesimpulan, kalau itu belum nyata-nyata
terlihat.
Alhamdulillah, dari
hasil debat itu, nama sudah di dapat jauh sebelum anak saya lahir. Sehingga
begitu dia lahir, saya tidak kebingungan mencarikan nama, untuk segera
dibuatkan akte lahirnya. Karena akta lahir ini penting (beberapa persyaratan urusan administrasi, mewajibkan lampiran berupa foto kopian akte kelahiran).
Banyak yang bertanya, kenapa diberi nama itu? Apa artinya?
Apa filosofinya?
Ketika kami jawab dengan senyum, mereka masih saja mengejar,
"Masa tidak ada artinya? Nama juga sebuah doa lho.."
Memang, saya setuju, bahwa dalam nama seorang anak, terselip
sebuah doa dari orang tuanya, namun tak lantas setiap apa yang orang tua doakan
untuk anaknya, harus tercantum dalam nama anak itu.
“Tapi, doa kami buat dia (anak) itu banyaaak. Masa iya
kami beri nama yang sesuai dengan doa kami? Bisa panjang banget namanya. Kasihan
dia (saat) menghafalnya nanti.”, begitu jawab saya.
"Oh, iya ya, hahahaha.. Bisa, bisa. Bisa aja cari
alasan, nih orang. Hahaha…."
Mungkin dikiranya, jawaban saya cuma bercanda. Tapi ini serius. Dan saya tidak melanjutkan menjawab, cukup dengan senyum, mengingat itu memang jawaban yang sebenarnya.
Orang tua yang menginginkan anaknya menjadi baik dan kaya,
cukup memberikan nama ‘Sidik Kayaraya’. Atau, jika menginginkan anaknya berbudi
baik dan bersinar kelak, ‘Budi Cahyono’ adalah nama yang pas. Pun, jika ada
yang berdoa agar anaknya selalu beruntung secara berlipat, kasih saja nama ‘Untung
Bejo’.
Bagi saya, nama ya nama. Bisa jadi ia doa, bisa juga ada
hal lain yang lebih berarti. Nama juga pembeda antara seorang dengan orang yang
lain. Karna sudah terlalu banyak nama Budi, Hasan, Ani, Susi, Zahra, Amara. Lihat
saja orang di dekatmu, pasti ada yang namanya Agus (Maaf yaa untuk semua nama Agus, piss….).
Dan untuk engkau anakku, percayalah, bapak dan ibumu
memberi nama juga tidak dengan asal. Dan saat bapak dan ibumu menyepakati
sebuah nama, yang jelas namamu belum pernah bapak dan ibu jumpai di berbagai
orang yang bapak dan ibumu ketahui. Tetangga, teman, anak tetangga, anak teman, nama guru-guru kami dulu,
siswa-siswi kami, tukang jamu, juga berbagai orang yang kami jumpai, belum ada
nama yang sama dengan namamu. Entah besok atau lusa. Jika memang ada, itu
benar-benar kami tidak bermaksud menyamai nama mereka. Apa yang bisa dibanggakan dari mencontoh? Bahkan kalau bisa, namamu beda dengan siapapun di dunia ini. Tapi ibumu
punya pandangan lain. Urusan pergaulan, katanya. Oke deh.
Dan apa arti yang melekat di namamu, sudah seperti apa
yang bapak (((BAPAK))) tulis di atas. Ia hanya secuil yang mewakili doa bapak
dan ibumu. Karna, terlalu banyak doa yang kami panjatkan untuk kebaikanmu.
Dan, selamat berjumpa di alam dunia, Frea Nismara Burhani, anakku.
Nama yang bagus om.. Selamat datang di dunia soliha cantik..semoga engkau melampaui doa kedua orang tuamu..
ReplyDeleteMakasih tante... :)
DeleteAamiin ya Rab... Terimakasih doanya yaa..