2/24/15

Touring Adeta, Si Anak 'Nakal'

Tidak pernah saya membaca sebuah cerpen, opini, atau pun buku komedi sampai tertawa terpingkal-pingkal. Ada sih yang bisa tertawa, tapi kalau dibaca ulang, tertawanya tidak sampai seseru saat membaca untuk pertama kalinya. Barangkali ada efek kejut di sana. Makanya, dalam hal apa pun, yang paling berkesan adalah hal yang pertama. :)

Ah, tapi ini juga cuma opini saya, karna selera humor masing-masing orang kan beda-beda. Barangkali apa yang saya bilang lucu, bagi orang lain malah garing, juga sebaliknya. Seperti saat kita menilai para comic (pelaku stand up comedi) yang juga punya selera masing-masing.

Sama juga untuk penilaian tentang music, bagus bagi saya, belum tentu bagi orang lain, pun sebaliknya. Dan penilaian-penialaian seperti ini berlaku untuk hal apa pun yang bersifat subyektif. :) Cocok-cocokan, kalau saya bilang. #hasyah…

Saya tidak akan membahas tentang perbedaan-perbedaan itu. Tapi saya akan cerita tentang sebuah tulisan yang (lagi-lagi menurut saya, iya, menurut saya) lucu. Dan bahkan, ketika saya mengetik/menyalin ulang tulisan itu, saya masih saja tertawa. :))

Tulisan yang membuat saya tertawa itu
bukan tulisan dari penulis komedi terkenal seperti Raditya Dika. Juga bukan tulisan penulis scipt film comedi dunia. Itu adalah tulisan siswa saya yang menurut teman-teman saya yang mengajar dia, adalah siswa yang ‘nakal’. Tidak jarang, dia diberi sanksi saat pembelajaran berlangsung, bahkan ada guru yang samapai sebel dengannya. Tingkahnya yang susah diatur, terkadang membuatnya di keluarkan dari kelas. Dia itu anak kelas 8.

Seperti pada saat itu. Ia dipanggil untuk menghadap wali kelasnya gara-gara saat pelajaran guru lain, dia ‘membuat ulah’. Tidak cuma sekali ini dia dipanggil wali kelasnya. Sudah lebih dari tiga kali saya melihat dia ke ruang guru menemui wali kelasnya. Untungnya wali kelasnya sabar, juga ‘bisa’ mengatasinya.
“Wah, ngurusi tuh anak, kalau terlalu serius, bisa tambah stress pak”, katanya suatu saat pada saya setelah menangani anak itu.

Beliau memang selalu dengan guyon saat mengurusi anaknya yang satu itu. Hingga beberapa guru yang melihatnya, biasanya dibuatnya tertawa, termasuk saya. :) Di samping terkadang, anaknya juga lucu rautnya. Iya, dia selalu muter-nuter kalau ditanya sesuatu. Tidak pernah yang namanya jujur dalam sekali jawab. Entah kenapa. Makanya terkadang diputer-puterin sekalian saat mewawancarainya, biar tambah bingung dianya, hehe….

Gara-gara ‘suka mengarang’ saat ditanya itu pula yang mengilhami wali kelasnya dalam memberi hukuman. Mengarang bebas. Iya, itu hukuman yang dikasihnya kala itu.
“Silahkan kamu mengarang, tapi bukan kisah nyata.”, perintah wali kelasnya sambil memberikan selembar kertas kosong.
“Maksudnya pak?”, tanya dia karna (mungkin) belum paham perintahnya.
“Kamu silahkan mengarang cerita, tapi bukan cerita tentang kehidupanmu sehari-hari. Kamu harus ngarang. Kamu kalau ditanya kan suka ngarang to? Kamu tulis di sini sampai penuh, kalau kurang, tulis di baliknya.”
“Ah, tidak bisa pak.”, protesnya.
“Bisa, ayo kerjakan. Kerjakan di sini (di ruang guru), tidak boleh keluar sebelum selesai”, kata wali kelasnya sebelum beliau keluar dari ruang guru untuk mengajar di kelas. “Pak, tolong diawasi yaa..”, kata beliau pada saya, karna memang saat itu yang ada di ruang guru hanya saya.
“Siap”, kata saya.

Anak itu tampak tak tenang. Selang beberapa lama, saya mendekatinya, dan melihat kertas di depannya.
“Lho, kok masih kosong? Ayo tulis.”, perintah saya.
“Bingung pak, nggak bisa”,
“Bisa. Tulis saja apa yang kamu pikirkan. Kamu kan biasa ngarang kan kalau ditanya?”,
“Ini ngarang bebas pak?”, tanya dia sambil cengengesan.
“Iya bebas, tulis saja apa yang ingin kamu tulis, SEMBARANG, daripada nanti kamu dimarahi, hayo?”, kata saya akhirnya.
"BEBAS Pak?", dia bertanya, sepertinya untuk meyakinkan dirinya kalau boleh mengarang bebas.
"Iya bebas,".

Tampak dia mulai mencoret kertas yang tadi masih kosong itu.
Tidak ada satu jam dia akhirnya ‘menyelesaiakan hukuman’ itu. Dan inilah hasilnya. Tulisan dari seorang anak yang masuk dalam kategori ‘nakal’. Silahkan tertawa kalau mau, karna saya dan teman-teman juga begitu. Dan saya kira, dia menulis ini juga 'niat' agar tulisannya terkesan 'unik/aneh' bagi siapa pun yang membacanya.

Oh iya, tulisannya saya tulis utuh, tanpa mengubah sedikit pun. Eh, tapi saya hanya menambahi keterangan yang (mungkin) menurut saya perlu diterjemahkan. Juga hanya menambahkan tanda baca, seperti tanda koma, titik, tanda petik, dan alinea. Selebihnya sama. (mungkin kalau tidak percaya, silahkan fotonya di zoom kalau ingin membaca teks aslinya, hehe…).
 ....
Teks asli Pidato Proklamasi Cerita Adeta


Nama saya Adeta Yoga Hendrawan. Pukul 07.00 sampai 12.45 saya bersekolah. Saya kalau berangkat naik bus BRT. Saat pulang saya jalan, paling tidak sampai rumah pukul 13.15. Sampai di  rumah saya memberi makan ikan dan burung dara saya. Makanannya adalah ikan saya. Saya beri makan kutu air dan jentik-jentik.

Burung dara saya saya beri makan nasi Padang, biar cepat besar sebesar kanguru. Setelah itu saya langsung menghampiri teman saya untuk beli ikan, dan tempat itu berada di Sulawesi. Saya ke Sulawesi dengan teman saya naik dokar. Masih sampai di (terminal) Terboyo (Semarang), dokarnya kehabisan bensin, sehingga saya harus mendorong dokar itu. Lalu saya naiki lagi dokar itu, dan saya tersesat hingga ke Australia. Di Australia saya bertemu Barak Obama sedang main kelereng. Lalu Barak Obama saya tanya, “Di mana jalan ke Sulawesi?”. Barak Obama diam tanpa kata. Yang jadi pertanyaan, apakah dia bisu….?

Saya tersesat mencari jalan. Semua jalan sudah saya jarahi (mungkin maksudnya sudah dia lalui), ternyata belum ketemu juga. Lalu ada satu jalan yang entah kemana. Lalu saya lewati jalan itu. Tanpa diketahui, sudah sampai di Mesir. Saya bertemu dengan Fir’aun dan Cleopatra di Mesir. Saat di padang pasir, udaranya terasa sejuk dan dingin sekali. Saya tidak kuat, sehingga saya mencari jalan lagi sampai larut malam.

Setelah malam tiba, saya berjalan ke arah gua yang sangat terang sekali. Lalu saya masuki gua itu. Ternyata tembusannya di Goa Kreo (Semarang). Di Goa Kreo banyak sekali monyet yang bisa terbang, tapi tidak bisa memanjat pohon. Karena saya geli dengan monyet, saya berlari sangat jauh hingga bermil-mil jauhnya. Ternyata saya sudah sampai di pasar ikan yang ada di Sulawesi, dan teman saya ternyata sudah sampai dari satu tahun yang lalu. Saya pun membeli ikan yang tidak bisa hidup di air, tapi hidup di darat. Saya mencari kura-kura yang tidak punya cangkang juga ada. Harganya mahal sekali. Harganya sampai dua ribu rupiah. Sangat mahal sekali. Lalu saya nyang (tawar) menjadi tiga ribu rupiah. Tapi penjualnya itu tidak mau. Dia maunya dua ribu rupiah. “Harga pas”, katanya. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah penjual ini crazy….?

Pada tanggal 31-12-2016, saya menginap di rumah saudara saya yang ada di Sulawesi selama 3 hari. Saya pulang pada tanggal 32-13 2017. Saya dan teman saya tidak banyak bicara, langsung perjalanan menuju rumah. Di saat mau sampai rumah, saya tersesat di mesin waktu. Tanpa saya ketahui, saya sudah sampai di Amerika pada tahun 700-an. Saya bertemu dengan Albert Einstein dan Alexander Graham Bell. Mereka sedang bermain adu jangkrik. Saya melihat sendiri pertarungannya. Memang, jangkrik Alexander Graham Bell besar dan kuat, tapi punya Albert Einstein walau ukurannya sedang, tapi jangkriknya pandai dan jenius. Jangkrik Alexander Graham Bell memukul duluan tapi tidak kena. Lalu jangkrik Albert Einstein mengambil pistol, lalu jangkrik Alexander Graham Bell ditembak mati.

Lalu saya lanjutkan perjalanan saya melihat got, lalu saya masuki. Ternyata kembali ke rumah saya sendiri. Dan saat saya sampai, ternyata saya sedang bermimpi. Lalu saya cuci muka dengan air, lalu makan dengan rendang dan rica-rica. Saya makan sedikit agak banyak. Setelah makan, saya minum, dan setelah minum saya tidur lagi dan bermimpi.

Ingin tau mimpi selanjutnya? Tunggu di mimpi Adeta part 2.
....


Pada akhirnya saya hanya bisa bilang, kreatif. :))

No comments:

Post a Comment