Tidak pernah saya membaca sebuah
cerpen, opini, atau pun buku komedi sampai tertawa terpingkal-pingkal. Ada sih
yang bisa tertawa, tapi kalau dibaca ulang, tertawanya tidak sampai seseru saat
membaca untuk pertama kalinya. Barangkali ada efek kejut di sana. Makanya,
dalam hal apa pun, yang paling berkesan adalah hal yang pertama. :)
Ah, tapi ini juga cuma opini
saya, karna selera humor masing-masing orang kan beda-beda. Barangkali apa yang
saya bilang lucu, bagi orang lain malah garing, juga sebaliknya. Seperti saat
kita menilai para comic (pelaku stand up comedi) yang juga punya selera
masing-masing.
Sama juga untuk penilaian tentang
music, bagus bagi saya, belum tentu bagi orang lain, pun sebaliknya. Dan
penilaian-penialaian seperti ini berlaku untuk hal apa pun yang bersifat subyektif. :) Cocok-cocokan, kalau saya bilang. #hasyah…
Saya tidak akan membahas tentang
perbedaan-perbedaan itu. Tapi saya akan cerita tentang sebuah tulisan yang
(lagi-lagi menurut saya, iya, menurut saya) lucu. Dan bahkan, ketika saya
mengetik/menyalin ulang tulisan itu, saya masih saja tertawa. :))
Tulisan yang membuat saya tertawa
itu
bukan tulisan dari penulis komedi terkenal seperti Raditya Dika. Juga bukan tulisan penulis scipt film comedi dunia. Itu adalah tulisan siswa saya yang menurut teman-teman saya yang mengajar dia, adalah siswa yang ‘nakal’. Tidak jarang, dia diberi sanksi saat pembelajaran berlangsung, bahkan ada guru yang samapai sebel dengannya. Tingkahnya yang susah diatur, terkadang membuatnya di keluarkan dari kelas. Dia itu anak kelas 8.
bukan tulisan dari penulis komedi terkenal seperti Raditya Dika. Juga bukan tulisan penulis scipt film comedi dunia. Itu adalah tulisan siswa saya yang menurut teman-teman saya yang mengajar dia, adalah siswa yang ‘nakal’. Tidak jarang, dia diberi sanksi saat pembelajaran berlangsung, bahkan ada guru yang samapai sebel dengannya. Tingkahnya yang susah diatur, terkadang membuatnya di keluarkan dari kelas. Dia itu anak kelas 8.
Seperti pada saat itu. Ia
dipanggil untuk menghadap wali kelasnya gara-gara saat pelajaran guru lain, dia
‘membuat ulah’. Tidak cuma sekali ini dia dipanggil wali kelasnya. Sudah lebih
dari tiga kali saya melihat dia ke ruang guru menemui wali kelasnya. Untungnya
wali kelasnya sabar, juga ‘bisa’ mengatasinya.
“Wah, ngurusi tuh anak, kalau terlalu
serius, bisa tambah stress pak”, katanya suatu saat pada saya setelah menangani
anak itu.
Beliau memang selalu dengan guyon
saat mengurusi anaknya yang satu itu. Hingga beberapa guru yang melihatnya,
biasanya dibuatnya tertawa, termasuk saya. :) Di samping terkadang,
anaknya juga lucu rautnya. Iya, dia selalu muter-nuter kalau ditanya sesuatu.
Tidak pernah yang namanya jujur dalam sekali jawab. Entah kenapa. Makanya
terkadang diputer-puterin sekalian saat mewawancarainya, biar tambah bingung
dianya, hehe….
Gara-gara ‘suka mengarang’ saat
ditanya itu pula yang mengilhami wali kelasnya dalam memberi hukuman. Mengarang
bebas. Iya, itu hukuman yang dikasihnya kala itu.
“Silahkan kamu mengarang, tapi
bukan kisah nyata.”, perintah wali kelasnya sambil memberikan selembar kertas
kosong.
“Maksudnya pak?”, tanya dia karna
(mungkin) belum paham perintahnya.
“Kamu silahkan mengarang cerita,
tapi bukan cerita tentang kehidupanmu sehari-hari. Kamu harus ngarang. Kamu
kalau ditanya kan suka ngarang to? Kamu tulis di sini sampai penuh, kalau
kurang, tulis di baliknya.”
“Ah, tidak bisa pak.”, protesnya.
“Bisa, ayo kerjakan. Kerjakan di
sini (di ruang guru), tidak boleh keluar sebelum selesai”, kata wali kelasnya
sebelum beliau keluar dari ruang guru untuk mengajar di kelas. “Pak, tolong
diawasi yaa..”, kata beliau pada saya, karna memang saat itu yang ada di ruang
guru hanya saya.
“Siap”, kata saya.
Anak itu tampak tak tenang.
Selang beberapa lama, saya mendekatinya, dan melihat kertas di depannya.
“Lho, kok masih kosong? Ayo
tulis.”, perintah saya.
“Bingung pak, nggak bisa”,
“Bisa. Tulis saja apa yang kamu
pikirkan. Kamu kan biasa ngarang kan kalau ditanya?”,
“Ini ngarang bebas pak?”, tanya
dia sambil cengengesan.
“Iya bebas, tulis saja apa yang
ingin kamu tulis, SEMBARANG, daripada nanti kamu dimarahi, hayo?”,
kata saya akhirnya.
"BEBAS Pak?", dia bertanya, sepertinya untuk meyakinkan dirinya kalau boleh mengarang bebas.
"Iya bebas,".
"Iya bebas,".
Tampak dia mulai mencoret kertas
yang tadi masih kosong itu.
Tidak ada satu jam dia akhirnya
‘menyelesaiakan hukuman’ itu. Dan inilah hasilnya. Tulisan dari seorang anak yang
masuk dalam kategori ‘nakal’. Silahkan tertawa kalau mau, karna saya dan
teman-teman juga begitu. Dan saya kira, dia menulis ini juga 'niat' agar tulisannya terkesan 'unik/aneh' bagi siapa pun yang membacanya.
Oh iya, tulisannya saya tulis utuh, tanpa mengubah sedikit pun. Eh, tapi saya hanya menambahi keterangan yang (mungkin) menurut saya perlu diterjemahkan. Juga hanya menambahkan tanda baca, seperti tanda koma, titik, tanda petik, dan alinea. Selebihnya sama. (mungkin kalau tidak percaya, silahkan fotonya di zoom kalau ingin membaca teks aslinya, hehe…).
Oh iya, tulisannya saya tulis utuh, tanpa mengubah sedikit pun. Eh, tapi saya hanya menambahi keterangan yang (mungkin) menurut saya perlu diterjemahkan. Juga hanya menambahkan tanda baca, seperti tanda koma, titik, tanda petik, dan alinea. Selebihnya sama. (mungkin kalau tidak percaya, silahkan fotonya di zoom kalau ingin membaca teks aslinya, hehe…).
Nama saya Adeta Yoga Hendrawan. Pukul 07.00 sampai 12.45 saya bersekolah. Saya kalau berangkat naik
bus BRT. Saat pulang saya jalan, paling tidak sampai rumah pukul 13.15. Sampai
di rumah saya memberi makan ikan dan
burung dara saya. Makanannya adalah ikan saya. Saya beri makan kutu air dan
jentik-jentik.
Burung dara saya saya beri makan nasi Padang, biar cepat besar sebesar
kanguru. Setelah itu saya langsung menghampiri teman saya untuk beli ikan, dan
tempat itu berada di Sulawesi. Saya ke Sulawesi dengan teman saya naik dokar.
Masih sampai di (terminal) Terboyo (Semarang), dokarnya kehabisan bensin,
sehingga saya harus mendorong dokar itu. Lalu saya naiki lagi dokar itu, dan
saya tersesat hingga ke Australia. Di Australia saya bertemu Barak Obama sedang
main kelereng. Lalu Barak Obama saya tanya, “Di mana jalan ke Sulawesi?”. Barak
Obama diam tanpa kata. Yang jadi pertanyaan, apakah dia bisu….?
Saya tersesat mencari jalan. Semua jalan sudah saya jarahi (mungkin
maksudnya sudah dia lalui), ternyata belum ketemu juga. Lalu ada satu jalan
yang entah kemana. Lalu saya lewati jalan itu. Tanpa diketahui, sudah sampai di
Mesir. Saya bertemu dengan Fir’aun dan Cleopatra di Mesir. Saat di padang
pasir, udaranya terasa sejuk dan dingin sekali. Saya tidak kuat, sehingga saya
mencari jalan lagi sampai larut malam.
Setelah malam tiba, saya berjalan ke arah gua yang sangat terang
sekali. Lalu saya masuki gua itu. Ternyata tembusannya di Goa Kreo (Semarang).
Di Goa Kreo banyak sekali monyet yang bisa terbang, tapi tidak bisa memanjat
pohon. Karena saya geli dengan monyet, saya berlari sangat jauh hingga
bermil-mil jauhnya. Ternyata saya sudah sampai di pasar ikan yang ada di
Sulawesi, dan teman saya ternyata sudah sampai dari satu tahun yang lalu. Saya
pun membeli ikan yang tidak bisa hidup di air, tapi hidup di darat. Saya
mencari kura-kura yang tidak punya cangkang juga ada. Harganya mahal sekali.
Harganya sampai dua ribu rupiah. Sangat mahal sekali. Lalu saya nyang (tawar)
menjadi tiga ribu rupiah. Tapi penjualnya itu tidak mau. Dia maunya dua ribu
rupiah. “Harga pas”, katanya. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah penjual ini
crazy….?
Pada tanggal 31-12-2016, saya menginap di rumah saudara saya yang ada
di Sulawesi selama 3 hari. Saya pulang pada tanggal 32-13 2017. Saya dan teman
saya tidak banyak bicara, langsung perjalanan menuju rumah. Di saat mau sampai
rumah, saya tersesat di mesin waktu. Tanpa saya ketahui, saya sudah sampai di
Amerika pada tahun 700-an. Saya bertemu dengan Albert Einstein dan Alexander
Graham Bell. Mereka sedang bermain adu jangkrik. Saya melihat sendiri
pertarungannya. Memang, jangkrik Alexander Graham Bell besar dan kuat, tapi
punya Albert Einstein walau ukurannya sedang, tapi jangkriknya pandai dan
jenius. Jangkrik Alexander Graham Bell memukul duluan tapi tidak kena. Lalu
jangkrik Albert Einstein mengambil pistol, lalu jangkrik Alexander Graham Bell
ditembak mati.
Lalu saya lanjutkan perjalanan saya melihat got, lalu saya masuki. Ternyata
kembali ke rumah saya sendiri. Dan saat saya sampai, ternyata saya sedang
bermimpi. Lalu saya cuci muka dengan air, lalu makan dengan rendang dan
rica-rica. Saya makan sedikit agak banyak. Setelah makan, saya minum, dan
setelah minum saya tidur lagi dan bermimpi.
Ingin tau mimpi selanjutnya? Tunggu di mimpi Adeta part 2.
....
No comments:
Post a Comment