5/26/15

Beras, Cinta, Rindu, Plastik

Adanya beras plastik, membuktikan kalau eksistensi plastik, lebih popular dari benda apa pun. Membuktikan kalau semua barang bisa dibikin model plastiknya. Tentang barang plastik ini bukan hal baru. Tapi untuk beras, memang baru saya dengar. Alhasil, ini menambah daftar kosakata baru di otak saya tentang bentuk plastik-plastik yang lain. :)

Jenis buah juga kan sudah sejak lama dibuat bentuk plastiknya, tapi tidak ada tuh beritanya. Ya, karena memang tidak ada yang memakannya. Dan seharusnya, masyarakat sudah tau apa dampak dari mengonsumsi makanan yang terbuat dari plastik sejak lama. Tapi media tetap saja berlomba menyuarakan bahayanya makan plastik, dari mulai ditemukannya isu itu, terus berlanjut sampai-- kata orang-orang-- rating acara mereka naik. :)

Seperti waktu memberitakan tentang prostitusi online,
yang berlarut-larut hingga ada berita baru yang bisa mengalahkan kepopuleran acara itu. Media pura-pura baru mendengar tentang adanya prostitusi online, sehingga setiap hari mendatangkan nara sumber untuk memberikan informasi tentang itu.
Lha memangnya internet itu isinya cuma kanal berita dan online shop aja apa?”, kata teman saya :).

Memang penyampaian informasi itu penting untuk mengedukasi. Tapi menjadi mubadzir ketika yang diberitakan berulang-ulang, seolah tidak ada lagi berita baik lain yang bisa dibagikan. Kalau ini tentang rating acara (lagi), maaf, ya saya tidak tau. :)

Dan ternyata, yang menutup ketenaran prostitusi online adalah beras plastik. (Bener kan, kalau plastik jauh lebih populer? Hehe…) Kabar tentang beras plastik ini kurang lebih sudah satu pekan, dengan pemberitaan terbanyak (berdasarkan yang saya lihat, dan terutama di TV) adalah tentang bahaya penyakit yang ditimbulkan. Ini penting. Tapi, apakah masyarakat kita terlalu ‘tidak tau’ tentang bahaya dari ‘makan plastik’ ini, sehingga harus diberitau berulang-ulang?

Kalau niatnya memang benar-benar mengedukasi, beri bahasan lain selain tentang bahaya-bahaya yang bermacam-macam itu. Jadi pandangan masyarakat bisa lebih luas lagi. Perbandingan produksi beras asli dengan yang palsu misalnya. Atau apa kek. Yang jelas hal lain selain bahaya-bahaya tadi.

Eh, tapi ada yang bilang juga kalau ini jelas strategi bisnis, juga untuk pengalihan isu. Agak janggal juga sih ada proses pembuatannya yang di-share-kan di youtube, yang entah apa maksudnya. Terus tentang harga produksi. Beras sintetis yang dibuat dari campuran kentang dan plastik, yang konon, produksi bijih plastik lebih mahal dari produksi beras asli. Lantas, ini maksudnya apa lagi? Manusia hanya bisa menduga-duga, dan hanya Tuhan Yang Maha Benar.

Terlalu ngeri dunia bisnis bagi saya, kalau metode yang digunakan seperti itu. Mereka sudah tak menghiraukan lagi apakah akan merugikan dan bahkan menyelakakan orang lain atau tidak. Sudah bukan cuma barang-barang elektronik yang dipalsukan. Ini beras, makanan pokok, yang dikonsumsi sehari-hari oleh semua kalangan. Saya kira, organ tubuh yang dioperasi plastik saja yang paling ngeri, ternyata bentuk plastik ini ada yang mengerikan lagi, beras plastik.


Akhirnya saya hanya bisa berdoa, semoga tidak ada (rasa) cinta dan rindu plastik. #ups

No comments:

Post a Comment