Adanya beras plastik, membuktikan
kalau eksistensi plastik, lebih popular dari benda apa pun. Membuktikan kalau
semua barang bisa dibikin model
plastiknya. Tentang barang plastik ini bukan hal baru. Tapi untuk beras, memang
baru saya dengar. Alhasil, ini
menambah daftar kosakata baru di otak saya tentang bentuk plastik-plastik yang
lain. :)
Jenis buah juga kan sudah sejak
lama dibuat bentuk plastiknya, tapi tidak ada tuh beritanya. Ya, karena memang tidak ada yang memakannya. Dan seharusnya,
masyarakat sudah tau apa dampak dari mengonsumsi makanan yang terbuat dari
plastik sejak lama. Tapi media tetap saja berlomba menyuarakan bahayanya makan
plastik, dari mulai ditemukannya isu itu, terus berlanjut sampai-- kata
orang-orang-- rating acara mereka naik. :)
Seperti waktu memberitakan
tentang prostitusi online,
yang berlarut-larut hingga ada berita baru yang bisa mengalahkan kepopuleran acara itu. Media pura-pura baru mendengar tentang adanya prostitusi online, sehingga setiap hari mendatangkan nara sumber untuk memberikan informasi tentang itu.
yang berlarut-larut hingga ada berita baru yang bisa mengalahkan kepopuleran acara itu. Media pura-pura baru mendengar tentang adanya prostitusi online, sehingga setiap hari mendatangkan nara sumber untuk memberikan informasi tentang itu.
“Lha memangnya internet itu isinya cuma kanal berita dan online shop aja apa?”, kata teman saya :).
Memang penyampaian informasi itu
penting untuk mengedukasi. Tapi menjadi mubadzir ketika yang diberitakan
berulang-ulang, seolah tidak ada lagi berita baik lain yang bisa dibagikan. Kalau
ini tentang rating acara (lagi),
maaf, ya saya tidak tau. :)
Dan ternyata, yang menutup
ketenaran prostitusi online adalah beras plastik. (Bener kan, kalau plastik
jauh lebih populer? Hehe…) Kabar tentang beras plastik ini kurang lebih sudah
satu pekan, dengan pemberitaan terbanyak (berdasarkan yang saya lihat, dan
terutama di TV) adalah tentang bahaya penyakit yang ditimbulkan. Ini penting.
Tapi, apakah masyarakat kita terlalu ‘tidak tau’ tentang bahaya dari ‘makan
plastik’ ini, sehingga harus diberitau berulang-ulang?
Kalau niatnya memang benar-benar
mengedukasi, beri bahasan lain selain tentang bahaya-bahaya yang bermacam-macam
itu. Jadi pandangan masyarakat bisa lebih luas lagi. Perbandingan produksi
beras asli dengan yang palsu misalnya. Atau apa kek. Yang jelas hal lain selain
bahaya-bahaya tadi.
Eh, tapi ada yang bilang juga kalau
ini jelas strategi bisnis, juga untuk pengalihan isu. Agak janggal juga sih ada proses pembuatannya yang di-share-kan di youtube, yang entah apa
maksudnya. Terus tentang harga produksi. Beras sintetis yang dibuat dari
campuran kentang dan plastik, yang konon, produksi bijih plastik lebih mahal
dari produksi beras asli. Lantas, ini maksudnya apa lagi? Manusia hanya bisa
menduga-duga, dan hanya Tuhan Yang Maha Benar.
Terlalu ngeri dunia bisnis bagi
saya, kalau metode yang digunakan seperti itu. Mereka sudah tak menghiraukan
lagi apakah akan merugikan dan bahkan menyelakakan orang lain atau tidak. Sudah
bukan cuma barang-barang elektronik yang dipalsukan. Ini beras, makanan pokok,
yang dikonsumsi sehari-hari oleh semua kalangan. Saya kira, organ tubuh yang
dioperasi plastik saja yang paling ngeri, ternyata bentuk plastik ini ada yang
mengerikan lagi, beras plastik.
Akhirnya saya hanya bisa berdoa,
semoga tidak ada (rasa) cinta dan rindu plastik. #ups
No comments:
Post a Comment