6/22/15

Amal Seorang Budayawan

Sebelumnya mungkin perlu saya jelaskan kalau tulisan ini bersifat subjektif. Ya, subjektif tentang seseorang yang saya tulis di sini. Tapi tidak ada yang salah tentang subjektifitas menurut saya, selama ia tidak melanggar norma apa pun, juga tidak mengalihkan opini yang benar-benar bertentangan dengan kenyataannya. Bukankah pada dasarnya, setiap orang akan selalu berusaha mengubah/mempengaruhi cara seseorang dalam memandang sesuatu? Jadi, jika anda menilai tulisan ini lebay atau apalah itu, ya monggo saja, hehe…. (Tentang lebay, sudah pernah saya tulis di sini. )
Berawal ketika Pak Prie ngetwit bahwa beliau ingin membagikan ilmunya dengan membuka kelas writing dan public speaking sebagai public charity-nya Pak Prie yang dilaksanakan di kediaman beliau sendiri. Sejak saat itu pula saya tertarik menjadi pesertanya. Ya, Pak Prie, Prie GS, siapa yang tidak kenal beliau. Seorang budayawan, writer, public speaker, presenter, dan mungkin
masih banyak aktivitas beliau yang saya tidak ketahui.

Ada beberapa alasan saya mengikuti kelas itu.  Pertama, karena saya memang tertarik di dunia kepenulisan. Ke-dua, saya amat kacau dalam olah vokal saya, apalagi untuk berbicara di depan umum, sehingga saya perlu belajar terus. Ke-tiga, saya memang pengagum beliau, terutama melalui tulisan-tulisan beliau di berbagai bukunya mau pun tulisan kolom beliau di surata kabar, dan sudah lama saya ingin bisa bertemu beliau. Maka di kesempatan yang baik ini, adalah kesempatan yang  baik juga bagi saya untuk bisa bertemu langsung dengan beliau. Di rumahnya.

Memang, saya tinggal satu kota dengan beliau. Tapi, tidak pernah sekali pun saya berjumpa dengan beliau. Ingin sih saya sowan langsung ke rumah beliau, tapi, orang sekelas beliau, pasti sibuknya luar biasa. Lagipula kalau saya nekat datang ke rumahnya, pasti dikira orang yang meminta sumbangan. Maka, sebelum akhirnya benar-benar terjadi, saya urungkan niat itu. : )

Dengan adanya kesempatan bertemu langsung dengan beliau untuk ‘ngalap keberkahan’ juga ditambah beberapa alasan di atas, dengan ragu-ragu saya memberanikan diri mendaftarkan diri ke tim @GS_learning untuk menjadi pesertanya. Dan Alhamdulillah saya diterima menjadi peserta di kelas gelombang ke-duanya.
Ada 30 orang yang menjadi peserta di kelas ke-dua. Saya lihat satu-satu list pesertanya. Dan seketika saya minder. Hampir semua pesertanya adalah orang sukses menurut takaran saya. Sukses di karier dan di bidangnya masing-masing. 

“Kenapa orang-orang yang notabene sudah mumpuni untuk bidang kepenulisan dan public speking ini masih juga ikut untuk jadi pesertanya? Atau saya yang salah masuk jalur, karna memang sebenarnya kelas ini diadakan, ditujukan untuk orang-orang yang sudah mumpuni?”. Ya. Alasan ke-dua ini yang benar.  : )

Tapi dengan kekuatan ndableg, saya datang juga ke kelas yang diadakan Pak Prie itu. 

Alangkah kurang ajar dan tidak bersyukurnya saya, jika saya sampai tidak datang mengikuti kelas yang sudah dijadwalkan itu. Kenapa? Banyak sekali orang yang ingin menjadi peserta di @GS_learning ini. Banyak orang yang ingin mendapatkan ilmu langsung dari beliau. Dan itu terbukti bebarapa peserta adalah orang yang sudah ahlinya. Orang yang sudah professional menjadi pubpic speaker tingkat nasional pun mengkhususkan mengikuti kelas GS learning ini. Seorang editor buku dari penerbit besar. Ada juga yang pekerjaannya adalah full writer. Ya, penulis professional yang sudah menelorkan 15 novel.  Orang-orang seperti beliau-beliau saja meluangkan waktunya khusus untuk mengikuti kelas ini, untuk mendapatkan ilmu dari seorang Prie GS.

Di samping itu, yang menjadi pesertanya tidak hanya dari kota Semarang saja. Kendal, Demak, Jepara, Pati, Temanggung, Pekalongan, Brebes, Cirebon, Jogja, Madiun, bahkan Jakarta pun ada. Luar biasa semangat dan pengorbana mereka. Maka, saya yang tinggal nyetarter motor saja sampai tidak datang, adalah hal yang kebangetan.

Tidak hanya tentang tehnik kepenulisan dan tehnik-tehnik public speaking-nya. Lebih dari itu. Begitu banyak hal yang ingin mereka dapat dari budayawan ini. Ilmu-ilmu kehidupan yang selalu ditunggu dalam setiap pernyataan, dalam setiap kalimat yang dilontarkannya pun, meski terlihat santai dan penuh keakraban, bahkan terkesan guyon, saya rasa dari ‘pemikiran penuh’ -- sesuai dengan apa yang beliau sampaikan saat mengawali kelas waktu itu.

….
“Ngomong/bicara, itu memetik ide dari udara yang tersebar bebas. Otak harus penuh. Pun menulis.”, kata-kata beliau yang saya ingat saat-saat di awal beliau membuka kelasnya.
“Bisa menulis bagus bukan karna bisa menulis bagus, tapi karna ingin berperilaku bagus.”, lanjut beliau kala itu, yang saya mengartikannya sebagai pesan beliau kepada kami. “Ketika ingin berperilaku bagus, ndilalah perilakunya juga (akan) bagus.”

Dengan gaya khas beliau, setiap apa yang belau sampaikan pun enak saja didengarnya. Apalagi dengan gaya guyon-nya, sehingga siapa saja yang mendengarkan, akan menjadi tertarik.
Yup, kelas dibuka oleh beliau sendiri. Setelah pengantar beliau dirasa cukup, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan diri para peserta, yang ternyata menjadi lab kelas. Satu-satu, teman-teman mengenalkan diri dengan microfon yang sudah disediakan, dan setelahnya langsung diberi komentar serta masukan-masukan tentang penampilannya tersebut.

Yang jelas, yang tidak akan pernah saya lupa, pada saat giliran saya untuk maju, seperti biasa, rasa gugup dan grogi selalu muncul, apalagi ngomong di depan orang-orang dengan latar belakang yang hebat-hebat itu. Tidak tau bentuk dan warna wajah saya saat itu seperti apa. :/

Setelah materi tentang public speaking ini selesai, nasi gudeg datang.  Eh, iya, bener, ada mobil datang yang membawa nasi gudeg pesanan Pak Prie untuk kami para peserta. Dan kami pun disuruh untuk makan dahulu, sebelum melanjutkan tentang kepenulisan. Sebagai anak kost yang budiman, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, mengingat paginya juga belum sarapan.  : ))

Sekitar 10 sampai 15 menitan kami makan bersama, yang langsung dilanjutkan tentang materi kepenulisan. Tugas yang sebelumnya diinfokan via email, diminta dikumpulkan. Beliau bahas satu-satu, meski tidak semua, tapi di sana sudah mewakili apa yang beliau ingin sampaikan (meski tetap saja bagi kami -- saya terutama – masih saja kurang, karna ingin sekali menggali dan mendapatkan ilmu yang lebih banyak dari beliau, hehe…). Ya, waktulah yang membatasi pertemuan kami.

Terakhir, saya hanya bisa mengucapkan terimakasih yang tiada henti untuk kebaikan teman-teman, juga khususnya Pak Prie beserta keluarga untuk suguhan istimewanya, untuk waktu yang sudah diluangkan, juga untuk ilmu yang banyak itu. Terimakasih banyak. 

1 comment:

  1. Halooo, Kak! Mau ikut jelajah Kalimantan GRATIS & dapetin MacBook Pro?

    Ikuti lomba blog "Terios 7 Wonders, Borneo Wild Adventure" di http://bit.ly/terios7wonders2015

    Jangan sampai ketinggalan, ya!

    ReplyDelete