Sebelumnya mungkin perlu saya
jelaskan kalau tulisan ini bersifat subjektif. Ya, subjektif tentang seseorang
yang saya tulis di sini. Tapi tidak ada yang salah tentang subjektifitas
menurut saya, selama ia tidak melanggar norma apa pun, juga tidak mengalihkan
opini yang benar-benar bertentangan dengan kenyataannya. Bukankah pada
dasarnya, setiap orang akan selalu
berusaha mengubah/mempengaruhi cara seseorang dalam memandang sesuatu?
Jadi, jika anda menilai tulisan ini lebay atau apalah itu, ya monggo saja,
hehe…. (Tentang lebay, sudah pernah saya tulis di sini. )
…
Berawal ketika Pak Prie ngetwit
bahwa beliau ingin membagikan ilmunya dengan membuka kelas
writing dan public speaking sebagai public charity-nya Pak Prie yang dilaksanakan di kediaman beliau sendiri. Sejak
saat itu pula saya tertarik menjadi pesertanya. Ya, Pak Prie, Prie GS, siapa
yang tidak kenal beliau. Seorang budayawan, writer, public speaker, presenter,
dan mungkin
masih banyak aktivitas beliau yang saya tidak ketahui.
masih banyak aktivitas beliau yang saya tidak ketahui.
Ada beberapa alasan saya
mengikuti kelas itu. Pertama, karena
saya memang tertarik di dunia kepenulisan. Ke-dua, saya amat kacau dalam olah
vokal saya, apalagi untuk berbicara di depan umum, sehingga saya perlu belajar
terus. Ke-tiga, saya memang pengagum beliau, terutama melalui tulisan-tulisan
beliau di berbagai bukunya mau pun tulisan kolom beliau di surata kabar, dan
sudah lama saya ingin bisa bertemu beliau. Maka di kesempatan yang baik ini,
adalah kesempatan yang baik juga bagi
saya untuk bisa bertemu langsung dengan beliau. Di rumahnya.
Memang, saya tinggal satu kota
dengan beliau. Tapi, tidak pernah sekali pun saya berjumpa dengan beliau. Ingin
sih saya sowan langsung ke rumah beliau, tapi, orang sekelas beliau, pasti
sibuknya luar biasa. Lagipula kalau saya nekat datang ke rumahnya, pasti dikira
orang yang meminta sumbangan. Maka, sebelum akhirnya benar-benar terjadi, saya
urungkan niat itu. : )
Dengan adanya kesempatan bertemu
langsung dengan beliau untuk ‘ngalap keberkahan’ juga ditambah beberapa alasan
di atas, dengan ragu-ragu saya memberanikan diri mendaftarkan diri ke tim
@GS_learning untuk menjadi pesertanya. Dan Alhamdulillah saya diterima menjadi peserta
di kelas gelombang ke-duanya.
Ada 30 orang yang menjadi peserta
di kelas ke-dua. Saya lihat satu-satu list pesertanya. Dan seketika saya
minder. Hampir semua pesertanya adalah orang sukses menurut takaran saya.
Sukses di karier dan di bidangnya masing-masing.
“Kenapa orang-orang yang notabene
sudah mumpuni untuk bidang kepenulisan dan public speking ini masih juga ikut
untuk jadi pesertanya? Atau saya yang salah masuk jalur, karna memang
sebenarnya kelas ini diadakan, ditujukan untuk orang-orang yang sudah
mumpuni?”. Ya. Alasan ke-dua ini yang benar. : )
Tapi dengan kekuatan ndableg,
saya datang juga ke kelas yang diadakan Pak Prie itu.
Alangkah kurang ajar dan tidak
bersyukurnya saya, jika saya sampai tidak datang mengikuti kelas yang sudah
dijadwalkan itu. Kenapa? Banyak sekali orang yang ingin menjadi peserta di
@GS_learning ini. Banyak orang yang ingin mendapatkan ilmu langsung dari
beliau. Dan itu terbukti bebarapa peserta adalah orang yang sudah ahlinya. Orang
yang sudah professional menjadi pubpic speaker tingkat nasional pun mengkhususkan
mengikuti kelas GS learning ini. Seorang editor buku dari penerbit besar. Ada
juga yang pekerjaannya adalah full writer. Ya, penulis professional yang sudah
menelorkan 15 novel. Orang-orang seperti
beliau-beliau saja meluangkan waktunya khusus untuk mengikuti kelas ini, untuk
mendapatkan ilmu dari seorang Prie GS.
Di samping itu, yang menjadi
pesertanya tidak hanya dari kota Semarang saja. Kendal, Demak, Jepara, Pati,
Temanggung, Pekalongan, Brebes, Cirebon, Jogja, Madiun, bahkan Jakarta pun ada.
Luar biasa semangat dan pengorbana mereka. Maka, saya yang tinggal nyetarter
motor saja sampai tidak datang, adalah hal yang kebangetan.
Tidak hanya tentang tehnik
kepenulisan dan tehnik-tehnik public speaking-nya. Lebih dari itu. Begitu
banyak hal yang ingin mereka dapat dari budayawan ini. Ilmu-ilmu kehidupan yang
selalu ditunggu dalam setiap pernyataan, dalam setiap kalimat yang dilontarkannya
pun, meski terlihat santai dan penuh keakraban, bahkan terkesan guyon, saya
rasa dari ‘pemikiran penuh’ -- sesuai dengan apa yang beliau sampaikan saat
mengawali kelas waktu itu.
….
“Ngomong/bicara, itu memetik ide
dari udara yang tersebar bebas. Otak harus penuh. Pun menulis.”, kata-kata
beliau yang saya ingat saat-saat di awal beliau membuka kelasnya.
“Bisa menulis bagus bukan karna
bisa menulis bagus, tapi karna ingin berperilaku bagus.”, lanjut beliau kala
itu, yang saya mengartikannya sebagai pesan beliau kepada kami. “Ketika ingin
berperilaku bagus, ndilalah perilakunya juga (akan) bagus.”
Dengan gaya khas beliau, setiap
apa yang belau sampaikan pun enak saja didengarnya. Apalagi dengan gaya
guyon-nya, sehingga siapa saja yang mendengarkan, akan menjadi tertarik.
Yup, kelas dibuka oleh beliau
sendiri. Setelah pengantar beliau dirasa cukup, kemudian dilanjutkan dengan
pengenalan diri para peserta, yang ternyata menjadi lab kelas. Satu-satu, teman-teman mengenalkan diri dengan microfon yang sudah disediakan, dan
setelahnya langsung diberi komentar serta masukan-masukan tentang penampilannya
tersebut.
Yang jelas, yang tidak akan pernah saya lupa, pada saat giliran saya untuk maju, seperti biasa, rasa gugup dan grogi selalu muncul, apalagi ngomong di depan orang-orang dengan latar belakang yang hebat-hebat itu. Tidak tau bentuk dan warna wajah saya saat itu seperti apa. :/
Setelah materi tentang public speaking ini selesai, nasi gudeg datang. Eh, iya, bener, ada mobil datang yang membawa nasi gudeg pesanan Pak Prie untuk kami para peserta. Dan kami pun disuruh untuk makan dahulu, sebelum melanjutkan tentang kepenulisan. Sebagai anak kost yang budiman, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, mengingat paginya juga belum sarapan. : ))
Setelah materi tentang public speaking ini selesai, nasi gudeg datang. Eh, iya, bener, ada mobil datang yang membawa nasi gudeg pesanan Pak Prie untuk kami para peserta. Dan kami pun disuruh untuk makan dahulu, sebelum melanjutkan tentang kepenulisan. Sebagai anak kost yang budiman, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, mengingat paginya juga belum sarapan. : ))
Sekitar 10 sampai 15 menitan kami
makan bersama, yang langsung dilanjutkan tentang materi kepenulisan. Tugas yang
sebelumnya diinfokan via email, diminta dikumpulkan. Beliau bahas satu-satu,
meski tidak semua, tapi di sana sudah mewakili apa yang beliau ingin sampaikan
(meski tetap saja bagi kami -- saya terutama – masih saja kurang, karna ingin
sekali menggali dan mendapatkan ilmu yang lebih banyak dari beliau, hehe…). Ya, waktulah yang
membatasi pertemuan kami.
Terakhir, saya hanya bisa
mengucapkan terimakasih yang tiada henti untuk kebaikan teman-teman, juga
khususnya Pak Prie beserta keluarga untuk suguhan istimewanya, untuk waktu yang
sudah diluangkan, juga untuk ilmu yang banyak itu. Terimakasih banyak.
Halooo, Kak! Mau ikut jelajah Kalimantan GRATIS & dapetin MacBook Pro?
ReplyDeleteIkuti lomba blog "Terios 7 Wonders, Borneo Wild Adventure" di http://bit.ly/terios7wonders2015
Jangan sampai ketinggalan, ya!