Sebelumnya perlu saya tegaskan kalau tulisan ini diperuntukkan hanya orang dewasa. Jadi yang belum dewasa, mohon di-skip tulisan ini, dan silahkan baca tulisan saya yang lain.
Juga untuk teman-teman saya yang belum menikah yang ada di grup WA (saya doakan cepat bertemu jodohnya) yang mungkin merasa terganggu, saya yang memulai pertanyaan diskusi ini, mohon maaf yang sebesar-besarnya jika memang menyinggung dan mengganggu. Sungguh saya tidak bermaksud menyinggung siapapun. Saya juga tau, bahwa untuk mendapatkan informasi ini, cukup gugling saja akan muncul ratusan artikel tentang ini. Tapi saya benar-benar ingin tau cerita dan pengalaman secara langsung kepada teman-teman, barangkali bisa saya ambil ilmunya untuk kemudian saya praktikkan. Karena ilmu apapun, kalau hanya sebatas teori (tulisan), rasanya kok kurang afdhol dan kurang dapat dipercaya. Apalagi dengan semakin bebasnya orang mengemukakan pendapatnya, tanpa ada yang menyaring (termasuk tulisan ini).
Tulisan ini agak panjang, namun ini adalah obrolan dari grup WA, jadi tidak memerlukan waktu yang lama untuk membacanya. Yep, obrolannya asli saya ambil dari chating grup itu, dan saya hanya menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (karna obrolan kami pakai bahasa Jawa) tidak mengubah konteks aslinya. Saya harap teman-teman dan siapapun yang membaca tulisan ini, khususnya untuk mereka yang lagi program mempunyai momongan, bijak dalam menyikapinya. Apa yang sekiranya bisa diambil, silahkan gunakan. Dan apa yang sekiranya hanya ocehan, ya abaikan saja. Bila menghibur, tertawalah. Bila menyedihkan, maafkanlah. Dan bila pegal-pegal, pijatlah. Semua anda yang menentukan. Selamat membaca.
…
Berawal ketika
di grup WA alumni kelas waktu kuliah dulu, saat ada yang bertanya dan minta satu per satu teman untuk menyebutkan berapa anak masing-masing, karna sudah lama ndak bersua. Dari yang menjawab itu, ada yang baru dikaruniai satu anak, dan banyak juga yang sudah mempunya dua anak.
Ada hal yang menarik dari jawaban-jawaban itu, yaitu bahwa yang sudah memiliki dua anak, anaknya cowok dan cewek. Karunia yang sungguh diidam-idamkan oleh banyak pasutri, termasuk saya.
Karna rasa keinginan untuk mendapat karunia itu, dan pernah mendengar bahwa untuk mendapatkan anak cewek atau cowok ada ilmunya, ada tehniknya, maka saya bertanya pada mereka, dengan harapan bisa mempraktikkan ilmunya itu.
Kurang lebih begini pertanyaannya: “Eh, anaknya kok bisa cewek cowok gitu, gimana cara buatnya? Bagi-bagi tipsnya dong.”
Saya bertanya itu waktu malam, tepatnya jam 20.45. Saya rasa, di jam segitu masih banyak yang belum tidur, dan saya juga yakin masih ada yang online—pegang HP. Maka saya pun menunggu dengan penuh semangat apa-apa yang akan menjadi ilmu baru bagi saya.
Lima menit berlalu, belum ada yang bales. “Ah, mungkin masih di kamar mandi.”
10 menit berlalu, belum ada yang bales juga. “Mungkin masih pada nonton TV.”
20 menit berlalu, dan masih belum ada yang bales. ”Oh, mungkin lagi pada ngobrol dengan anak-istri/suaminya nih.”
1 jam berlalu. Tetep belum ada yang bales. Yang kali ini mungkin lagi pada servis pasangannya.
2 jam berlalu. Tik tok tik tok tik tok…
20 menit berlalu, dan masih belum ada yang bales. ”Oh, mungkin lagi pada ngobrol dengan anak-istri/suaminya nih.”
1 jam berlalu. Tetep belum ada yang bales. Yang kali ini mungkin lagi pada servis pasangannya.
2 jam berlalu. Tik tok tik tok tik tok…
“Kalau pagi, pasti pada buka HP, nih,” pikir saya. Dan saya memutuskan untuk
Paginya, saya begitu bersemangat ketika ada notif di WA saya. Tak perlu menunggu lama, saya buka grup WA ‘Alumni Kelas mBledre’. Ya, itu nama grupnya. Dulu waktu kuliah, kelas kami memang kelas B jurusan Matematika, dan teman-teman menambahi sendiri menjadi kelas Bledre (tambahan huruf m di depan kata bledre karna kami orang Jawa, biasa melafalkan bledre jadi mbledre—untuk kata kerja, seperti kata Batik, jadi mbatik). Bledre sendiri bahasa Jawa, dan kata yang sepadan dengan kata itu mungkin kata ‘slengean’, meski juga agak kurang pas kalau menurut saya. Kami menganggap bahwa penghuni kelas kami rata-rata banyak yang mbledre, makanya diplesetkan menjadi kelas mBledre.
Ok, kembali ke isi chat. Setelah semalaman menunggu dengan penuh
“Molak-malike kudu pas, Frul,” jawab teman saya itu, yang artinya “Bolak-baliknya harus pas, Frul.”
Waduh, bolak-balik apanya, nih? Oh, iya, kata Frul di sini tidak saya artikan ya. Itu bukan bahasa Jawa. ITU NAMA SAYA!!
Belum selesai pertanyaan yang ada di otak saya, ternyata balasan itu ada yang nyaut. Ini dari temen saya cewek, sebut saja namanya Mawar, “Apa benar, to Ndi? Perasaan nggonku molak-malik yo wis pas lho, tapi anakku kok cowok semua?”
Saya sebagai pihak yang bertanya, nyaut juga jawabannya, “Bentar, bentar, molak-malik sing piye ki? Kasih rumus yang jelas.”
Karena yang lain belum pada ikut nimbrung, saya pun ngechat lagi “Wah, yang lain pada pura-pura ndak lihat nih.. Nanya beneran ini. Aku juga ingin punya anak cewek ama cowok.”
Akhirnya ada lagi temen cewek yang ikut nimbrung. Sebut saja namanya Melati. Dia nyaut chat temenku si Mawar yang cewek tadi, “Kalo aku, War (Mawar), pas selesai berhubungan langsung miring kiri, kalo ingin anak cewek.”Ada temen cewek lagi yang ikut. Sebut saja Kamboja. “Kalo aku pasrah, Frul. Tapi katanya temenku ada rumusnya, kayak hitung-hitungan gitu. Alhamdulillah dia kok juga pas dapet cowok semua, soalnya dia gak pengen punya anak cewek.”
“Perempuan memang harus pasrah, Ja… (Kamboja)”, sahut Andi. Ok, kalo Andi ndak usah pakai inisial dan diganti namanya.
“Betul itu, termasuk pasrah ditinggal suami kerja, meski liburan,” jawab Kamboja. Yang ini curhat kayaknya.
Saya pun nanya kepada Melati, yang miring ke kiri saat selesai berhubungan, “Lha kalo mau anak cowok gimana, Bu?” Juga pada Kamboja, yang kata temennya, ada hitungannya biar bisa dapet anak cewek atau cowok. “Lha gimana itung-itungannya?”
Ada juga temen saya yang lain yang nanya, “Lha rumusnya apa, Ja?”
“Nanti kalo udah masuk kerja, tak tanyain ya..”, jawabnya. *OK, ini masuk alarm. Kalau lupa tolong diingatkan untuk menanyakan, ya.*
“Kalo ingin anak cowok, miring kanan,” jawab Melati.
Wuih, tambah seru nih, pikir saya.
“Lha kalo yang cowok miring kanan dan yang cewek miring kiri, anaknya apa? Soalnya kadang tuh langsung ketiduran,” masih saya yang nanya.
“Maksudnya?” Melati tampaknya agak bingung dengan pertanyaan saya. Dia melanjutkan “Coba aja, siapa tau berhasil, coz aku juga berhasil. Gak tau entah kebetulan atau emang bener, coz tips ini dari temen orang Bima (Nusa Tenggara Barat).”
“Sip + ‘emot jempol’,” kata saya, sekenanya.
Eh, dia langsung nyaut, “BUKAN KAMU FRUL YANG MIRING, TAPI ISTRIMU!!”
“Hahahaha…”
“Yang bener itu, cewek apa cowok itu terserah Tuhan. Manusia hanya berusaha dan berdoa. Kalo pengen punya anak cowok tapi ndak dapet-dapet, tetep berusaha buat lagi sampai dapet. ,” kali ini Andi yang ngasih wejangan. Mirip Mario Ozawa.
“Bener gak itu Mel (Melati)? Tapi suamiku gak bolehin aku hamil lagi. Cukup dua aja. Cowok semua biarin, katanya. Padahal aku masih pengen anak cewek,” eh si Mawar keluar lagi. Mungkin tadi habis cuci piring tetangga.
“Udah tak praktekkin… Alhamdulillah bener kok, War,” jawab Melati.
Ada temen cewek lain lagi yang nimbrung, “Aku sudah usaha, tapi gak dapet-dapet anak cowok. Padahal yo wis molak-malik.”
Wadaw.
“Yang dalem apanya, Kem (Kemangi)?” Walah. Setelah tertumpang tindih beberapa chat, ada teman cowok yang langsung nyamber, tidak mau melewatkan info dari Kemangi. Meski sebetulnya saya juga penasaran. Tajam juga matanya. Oh iya, sebut saja namanya Rambutan.
“Santai man-teman. Cewek cowok sama aja. Nanti kalo anak cowok ya bakalan dapet anak cewek, yang punya anak cewek ya bakal dapet anak cowok. Ya pada besanan. :D” Mawar mencoba mendinginkan suasana. Dan kalau dipikir, benar juga perkataannya.
”Selama program, makan daging-dagingan, istri di atas (maksud kata ‘di atas’ ini, sampai sekarang saya tidak tau. Semoga Kenanga baca, dan menjelaskan). Karena kromosom Y yang akan berenang naik, yang X pada KO deh. Kata pak dokter dulu waktu konsul,” Ini tips dari Kenanga.
“SELAMAT PAGI GAEESS…”, sapa Rambutan di sela-sela diskusi itu, dan tidak ada yang menghiraukan. Cian.
“Waaah… Mentang-mentang cuacanya lagi hujan, dingin-dingin yang dibahas malah (cara) buat anak cowok ato cewek yaa… Ada yang belum nikah itu lhooo…,” si Anggrek nongol sambil mengingatkan kalau di grup masih ada teman yang belum nikah. Tapi sekali lagi saya mohon maaf buat teman-teman yang belum nikah. Obrolan yang berawal dari pertanyaan saya ini bukan bermaksud apa-apa atau bahkan menyinggung siapapun. Dan harap maklum.
“Kromosom Y gerakannya kan lincah, tapi rentan (mati), gak bertahan lama. Kalo masuknya dalam kan biar bisa cepet ketemu (sel telur) dan dibuahi. Lebih bagus lagi menjelang ovulasi. Seperti kata Kenanga, pola makan juga berpengaruh. Banyak makan daging.” Lah, ternyata pertanyaan Rambutan dan saya tentang “Yang dalem apanya,” direspon sama Kemangi.
“Lha kalo pola makan, aku setuju,” Andi langsung menimpali. Urusan makanan dia memang ndak mau ketinggalan. “Soalnya aku dulu pengen anak cowok, tak makan protein hewani yang banyak. Pagi cumi, siang sate, malam lobster.”
“Andi tuh kalo ada makanan cepet banget, haha…,” Mawar menimpali.
“Enaknya punya istri bidan tuh ya gini, tau tekniknya secara medis,”
“Jozzz… Nanti anakmu yang ke-dua harus cewek Ndi. Istrimu bidan udah tau tekniknya. Kalo berhasil, aku tak niru tehnikmu.”
“Jika Allah berkehendak, maka tidak ada yang tidak mungkin, War. Manusia punya keinginan, tapi hanya Allah yang tau apa yang terbaik buat kita,” Andi kembali menjadi motivator ulung. Dan saya, juga teman-teman lain mengamini apa yang dikatakannya.
“INI PADA NGOMONGIN APA?? ADA MIRING KANAN, MIRING KIRI… ADA DALEM-DALEMAN JUGA. AKU UDAH MIRING KANAN, MIRING KIRI, KOK BELUM JADI? BENER KATA ANDI, SEMUA ALLAH YANG MEMBERI,” diskusi ditutup oleh Bu Ustadzah.
NB: Di sela-sela obrolan itu, ada satu temen yang japri ke saya langsung. Mungkin karna itu yang tanya saya, jadi mending disampaikan langsung saja agar jelas-jelas terbaca oleh saya. Atau mungkin juga ada alasan lain, saya tidak tau dan tidak menanyakannya. Atau agak malu kalau itu dishare ke grup? Biarlah dia dan Tuhan sendiri yang tau. Ok, ini ndak penting. Yang penting adalah tips yang diberikan olehnya untuk saya.
Menurutnya, tips ini dari dokter Boyke.
“Kalau mau buat anak cowok, suami makan daging yang banyak, istri makan sayur-sayuran. Kalau pengen anak cewek, berarti suami makan sayur istri makan daging. Trus sebelum berhubungan, kalau (pengen) anak cowok, si istri (maaf) cebok dulu dengan air larutan soda kue sekitar 15 menit sebelum berhubungan. Kalau (pengen) anak cewek, istri cebok dulu dengan air larutan cuka 15 menit sebelum berhubungan. Kemarin aku nyoba untuk anakku yang ke-dua. Aku program cowok, Alhamdulillah Allah mengabulkan. Namanya IKHTIAR kan?”
Yep, IKHTIAR. Penting.
Bhaha postingannya lucu banget bang :D
ReplyDeleteKalo biar anak kembar gimana bang tau ga?
Heh, ndak tau saya. Ada yg bisa bantu?
Delete