Bekerja di instansi apapun, semua
karyawan dari posisi yang paling bawah sampai big bos, bahkan yang punya
perusahaan sekalipun, pasti ngelakuin yang namanya rapat.
Rapat dilakukan sebagai koordinasi
antar pegawai. Antara atasan dengan bawahannya, ataupun antar teman sejawat.
Untuk mengawali sebuah pekerjaan,
dimulai dari kegiatan ini. Apa yang akan dilakukan? Pembagian tugasnya
bagaimana? Adakah perubahan pola bekerjanya? Dan sebagainya disusun berdasarkan
hasil rapat ini.
Di samping sebagai pembuka atau langkah awal dalam sebuah pekerjaan,
rapat ini juga dilakukan saat proses kerja itu berlangsung. Hal ini ditujukan
sebagai pengontrol sampai sejauh mana perkembangan pekerjaan itu berlangsung.
Apakah ada kendala atau tidak. Yah... pokoknya sebagai koordinasi berjalannya
pekerjaan itu.
Setelah semuanya selesai, hasil
kerja dievaluasi di rapat terakhir. Yup, di rapat penutupan ini
pertanggungjawaban pekerjaan dilaporkan.
Nah, dalam rapat yang diikuti banyak
macam orang ini, saya amati ada beberapa ciri khusus di masing-masing individu
peserta rapat. Berikut saya kelompokkan dalam beberapa tipenya.
ü
Pertama
adalah Tipe Pendengar Setia.
Tipe ini adalah tipe kebanyakan
peserta rapat. Tipe orang yang nggak mau ribet. Apapun temanya, siapapun
pembicaranya, minumnya, eh, orangnya gak peduli. Yang penting dia nggak absen
dalam rapat. Masalah hasilnya apa, tinggal ngikut aja.
Misalkan di rapat itu sang atasan lagi bahas tentang
pemotongan gaji pegawainya, mungkin dia juga ngikut.
“Emm… sebelumnya saya minta maaf saudara-saudara, mulai
bulan depan gaji kalian dipotong. Bagaimana Pak Di, ada usulan?”,
ü
Kedua,
Tipe Penyanggah.
Tipe
ini kebalikan dari tipe yang pertama. Apapun yang dikatakan si pembicara,
selalu disanggahnya. Pokoknya dalam prinsipnya, ‘Kalau nggak protes mending
nggak usah ikut rapat sekalian’.
"Saudara-saudara ada berita baik nih. Mulai bulan depan gaji kalian dinaikkan. Bagaimana Pak No, ada sanggahan?”,
“Tidak bisa Pak!!!”,
“Tidak mau dinaikkan gajinya Pak?”,
“Tidak bisa dipercepat mulai sekarang saja Pak dinaikkannya?”
“Wedhos…”.
"Saudara-saudara ada berita baik nih. Mulai bulan depan gaji kalian dinaikkan. Bagaimana Pak No, ada sanggahan?”,
“Tidak bisa Pak!!!”,
“Tidak mau dinaikkan gajinya Pak?”,
“Tidak bisa dipercepat mulai sekarang saja Pak dinaikkannya?”
“Wedhos…”.
ü
Ketiga, Tipe Pemberi Usulan.
Ketiga, Tipe Pemberi Usulan.
Meskipun sama-sama cerewet dalam
rapat, tapi tipe ini ama tipe sebelumnya beda. Kalo tipe kedua hanya
menyanggah, hanya memprotes, gak pernah ngasih solusi apapun. Tapi kalo tipe
ketiga ini, kadang ngasih usulan yang bagus, meski kadang juga usulannya gak
mutu. Dalam prinsipnya ‘Aku harus bicara setiap ada rapat, biar kelihatan
cerdas’.
Moderator: “Bagaimana Ibu-Bapak, ada
usulan?”
Pak Usu: “Oh tentu ada Pak, saya”,
Moderator: “Oh iya silahkan”,
Pak Usu: “Saya punya usulan bagaimana agar kantor kita lebih maju lagi dan berbeda dari yang lain, setiap hari Minggu kita masuk Pak?”
Pak Usu: “Saya punya usulan bagaimana agar kantor kita lebih maju lagi dan berbeda dari yang lain, setiap hari Minggu kita masuk Pak?”
Peserta Rapat: *lempar sepatu*
Terus saya masuk tipe yang mana?
Yah kalo saya sih bisa masuk ke semuanya, karena hidup harus seimbang (ciee bahasanya).
Jadi orang harus jadi pendengar yang
baik. Dengan adanya tipe pertama, rapat juga menjadi cepat selesai, dan berarti
cepat pulang juga hehe….
Suatu pekerjaan juga harus ada yang
memonitoring. Sehingga gak sembarangan dalam melakukannya. Tipe kedua yang
berperan di sini. Semacam pengontrol gitu.
Kalo gak ada masukan, pekerjaan akan
biasa-biasa saja. Gak ada perubahan yang baik. Nah tipe ketiga ini yang
membantu itu.
Rapat
yang kelamaan juga akan menjemukan pesertanya. Nah biasanya kalo udah bosen
mereka mulai gelisah, pengennya cepat-cepat selesai. Nah ciri-ciri orang yang
udah gak betah itu bisa dilihat dari gerak-geriknya. Apa saja itu?
Ø
Dari
cara duduknya udah beda ama peserta yang laen.
Bukan
posisi duduknya yang sambil koprol ato jongkok. Tapi biasanya kalo udah gak
betah, duduknya pasti gak tenang. Badan atau pun pantatnya gerak-gerak terus,
persis kayak cacing kepanasan.
Ø
Melakukan
hal-hal yang (sebenarnya) gak penting.
Seperti
misalnya gerak-gerakin bolpoint, mukul-mukul meja, pura-pura sms-an padahal
cuma buka kunci-ngunci-buka lagi-ngunci-buka lagi, begitu seterusnya. Bisa juga
ngitungin kancing baju, ato ngerikitin kertas (kalo ini saya karang-karang
sendiri, hehe).
Ø
Mulai
ngajak ngobrol temen di sebelahnya.
Nggak
hanya siswa saja yang suka ngobrol saat pelajaran berlangsung. Orang ternyata
gurunya juga sama. Dan penyebab keduanya kelihatannya juga sama.
Ø
(Berlagak)
Dapet Telepon.
Kalo ada
orang yang saat rapat, tiba-tiba kok teleponnya bunyi. Sebenarnya itu gak
sepenuhnya bener suara telepon masuk. Memang ada yang beneran dapat telepon
penting. Tapi ada juga yang dibuat-buat. Maksudnya? Iya, kadang ada yang sms
dulu ke temen ato sodaranya untuk segera telepon. Jadi kelihatannya dia di
telepon.
Dan ada
yang lebih parah. Ringtone dia bunyikan sendiri, trus telepon pura-pura
diangkat sambil ngomong “Halo” tentunya. Tapi ini bisa dideteksi apakah dapet
telepon beneran apa enggak dari volume suaranya. Orang yang dapet telepon palsu
biasanya volume suaranya lebih keras dari volume orang yang dapet telepon
beneran. Jadi persis seperti orang gila yang ngomong sendiri.
Ø
Kasih
applause untuk si penceramah.
Ada dua
kemungkinan orang bertepuk tangan saat si penceramah/pemimpin rapat bicara.
Pertama karena emang materi yang disampaikan baik dan menarik, sehingga pantas
untuk diberi reward itu. Kedua karena peserta rapat/seminar udah jenuh untuk
mendengarkan ceramahnya.
Nah alasan
yang ke dua ini nih yang dilakukan jika hampir semua pesertanya udah gak betah.
Mereka bersekongkol meski tanpa ada rapat/diskusi sebelumnya. Dengan sebuah
kode satu tepukan, yang laen ikut ngedukung dengan ikut menyumbang tepukan
tangannya juga, dan berharap si penceramah puas dan sadar akan kode yang
diberikan itu untuk segera turun.
Kenapa kelihatannya saya paham bener
tentang kode-kode itu? Yah, itu hanya kebetulan saja. Saya gak akan bilang kalo
semua itu udah pernah saya lakuin.
Indikasi kalo orang yang ngebaca
tulisan ini termasuk golongan itu, mereka akan senyam-senyum sendiri saat baca.
Dan kalo ada yang bilang “Ih gak gitu juga kallii?” ato “Ih aku enggak deh”,
tapi agak ngotot bahkan sampai tidak mengakui, itu malah memperlihatkan
keanggotaannya. Hehe….
Hahahha... bener Nih jadi ketawa sendiri waktu baca.
ReplyDeleteSaya kalau udah bosan rapat biasanya gambar2 gak jelas trus kalau ada pertanyaan/usulan asal setuju aja. Yang penting rapat segera selesai. :D
Hmm... Nih bos, anak buahmu suka gini nih...
Delete