Orang hebat bukan berarti orang
dengan kekuasaannya bisa dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkannya. Bukan
berarti juga orang kaya yang dengan hartanya sanggup membeli apa yang dia mau.
Orang hebat adalah orang yang dengan gigih, dengan sungguh-sungguh berjuang
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga keluarganya. Setidaknya itu yang saya
lihat pada saat makan malam tadi.
Seperti biasa, sebagai anak kos yang
budiman, setiap
hari makan di warung yang sangat bersahabat. Maksudnya bersahabat adalah bersahabat dengan kantong anak kos, dan tentunya juga bersahabat dengan perasaan anak kos, dimana ada saat-saat untuk kas bon hehehe….
hari makan di warung yang sangat bersahabat. Maksudnya bersahabat adalah bersahabat dengan kantong anak kos, dan tentunya juga bersahabat dengan perasaan anak kos, dimana ada saat-saat untuk kas bon hehehe….
Sebenernya kegiatan makannya tidak
ada yang istimewa. Yah seperti kegiatan makan pada kebanyakan orang lainnya.
Mereka makan nasi, saya juga. Mereka makan pake sendok, saya juga. Mereka pake
(lauk) ikan, saya enggak. :(
Yang jelas ritual makannya sama.
Sebelum memasukkan suapan pertama, sebagai manusia yang beriman, tak lupa saya
berdoa dulu, katanya biar setannya gak ikut makan, sehingga semua makanan bisa
masuk ke perut tanpa ada yang ngeganggu, dan saya bisa kenyang. Tapi ternyata saya tidak kenyang, itu karena saya hanya makan satu bungkus nasi kucing, tau
sendiri kan nasi buat kucing? #nasib…. Tapi Alhamdulillah, lumayan cukup buat
ngeganjel perut, setidaknya cacing-cacing gak pada demo minta gaji naik #lho.
Yup, kalo malem biasanya saya makan
di kafe meong. Keren kan di kafe? Tunggu, saya lurusin dulu persepsi kamu. Di
kota tempat saya tinggal itu memang terkenal dengan kafe meongnya. Semarang,
siapa yang gak tau kota itu, hayoo tunjuk kaki?
Di kota ini setiap malem bertebaran
warung “wedangan” yang menyuguhkan nasi kucing itu tadi. Itulah sebabnya selain
terkenal dengan kota lumpia dan wingko babatnya, Semarang juga punya maskot kuliner
lain, yaitu “kafe meong” dengan nasi kucingnya. Sebenernya saya gak suka ama istilah "nasi kucing" ini. Gak pantes aja kesannya. Mungkin lebih enak kalo disebut nasi bungkus kali yaa. Tapi ya sudahlah.
Untuk yang belum tau gambaran nasi
kucing itu seperti apa, saya tuntun ke jalan yang sesat deh… Gini, sesuai
namanya, nasi kucing sebenernya memang cocoknya untuk dikasih kucing dan gak
pantes di hidangkan untuk manusia. Gimana enggak? Nasinya hanya sekepal tangan anak kecil dengan
lauk sebesar biji rambutan yang di bungkus dengan kertas. Makan nasi kucing
akan kenyang kalo makannya 5 bungkus sekaligus. Sebenarnya makan satu bungkus
juga bisa kenyang, jika di sampingnya ada bakso 3 mangkok, soto 4 porsi, dan
daging 2 piring sebagai lauknya.
Saat tinggal kurang dua suapan dari
lima suapan nasi kucing tadi, saya melihat sosok yang menarik dan mengusik
pikiran saya. Saya memang tipe orang yang kalo melihat sesuatu hal yang tidak
lazim, pikiran saya muter-muter sampai ngos-ngosan.
Di depan saya lewat seorang yang tidak
biasa dan menurut saya sangat luar biasa. Dengan sepeda rakitannya sendiri, dan
ada box di bagian belakang bertuliskan ‘delicious bakery’. Berada diantara
ratusan motor dan mobil yang kian hari makin padat. Dengan kecepatan yang
pastinya kalah ama kecepatan mobil dan motor, bahkan sepeda sekalipun, ia tidak
terlihat lelah menyusuri jalan raya menjemput rizki yang sudah dijanjikan oleh
Yang Maha Kuasa.
Kenapa saya bilang hebat? Seperti
yang udah saya sebutin tadi bahwa orang yang saya lihat tidak biasa bahkan luar
biasa. Dengan tubuh yang (maaf) tidak sempurna (karena yang saya lihat ia tidak
punya kedua kaki), ia bekerja layaknya orang dengan tubuh normal lain. Dengan
tangannya ia mengayuh sepeda yang kelihatannya dibuatnya sendiri, karena memang saya tidak pernah lihat model sepeda seperti itu sebelumnya. Sepertinya ia
menjual kue dari sebuah toko roti karena di sepedanya itu ada alarm yang bunyi,
juga tulisan yang ada di box-nya itu.
Ada beberapa hal yang bikin saya malu
setelah melihat bapak itu.
Pertama, yang jelas semangatnya.
Dengan keterbatasannya mampu melakukan hal yang semestinya dilakukan oleh orang
normal. Mungkin kalo sekedar jaga toko, itu lebih mudah dilakukan. Kita yang
dikaruniai organ lengkap, kadang lupa akan hal itu. Dimana seharusnya semangat kita lebih bagus karena sudah
dikaruniai organ tubuh yang lengkap memfasilitasi pekerjaan apa aja yang akan
kita lakuin.
Kedua, bersyukur. Bahwa kita manusia
yang di karuniai organ sempurna kadang tidak menyadari akan kesempurnaan yang
tidak ternilai itu. Bahwa tidak ada teknologi secanggih apapun yang tidak bisa
menyamai ciptaanNya. Bahwa masing-masing organ memiliki fungsi yang sangat luar
biasa. Dan kita gak bisa bayangin kalo salah satu dari organ tubuh itu gak
berfungsi. Sedetik aja jantung ini gak gerak bisa fatal.
Sedemikian kompleksnya Tuhan
nyiptain seluruh bagian tubuh manusia lengkap dengan fungsinya tanpa manusia
harus memintanya. Organ yang saling berhubungan dan saling membutuhkan satu
sama lain. Dari organ yang bekerja di bawah perintah otak kita, sampai bahkan
organ yang kita manusia sendiri gak tau sistem kerjanya seperti apa, di luar kendali manusia. Dan
seperti apa yang udah ditulis tadi bahwa kalo ada salah satu organ dihilangin
fungsinya atau sekedar melemah aja udah sangat fatal akibatnya.
Tak jarang Tuhan memberi cobaan
hambanya hanya untuk mengingatkan mereka untuk mau bersyukur ato tidak.
Dan bahwa kita terkadang malah mengeluh
ketika dapat sedikit cobaan yang diberiNya itu, bahkan saya kadang malah
menyalahkanNya. Bukannya instropeksi tapi malah ngerasa udah sok bener, dan
ngerasa kalau Tuhan salah ngasih hukuman ke saya. Astaghfirullah…
Betapa memang kadang manusia harus
dipaksa untuk tau betapa pentingnya suatu hal kalo udah ditunjukin hal penting
itu. Batapa manusia akan ngerasa seseorang di sampingnya sangat berharga ketika
orang itu tidak ada. Betapa manusia baru menyadari kalo sehat itu mahal ketika
diberi sakit.
Dan semoga kita gak termasuk
orang-orang yang baru menyadari betapa pentingnya kaki ketika sudah gak bisa
berjalan. Betapa pentingnya telinga ketika gak bisa mendengar. Betapa
pentingnya mata ketika udah gak bisa melihat. Naudzubillah….
No comments:
Post a Comment