Mengintip kalender sebentar, dan ini adalah akhir bulan Desember, bulan di mana di sana diawali dari tanggal 1 dan berakhir di tanggal 31 (Ok, ini jelas informasi tidak penting. Abaikan.)
Bulan Desember adalah bulan yang keberadaannya begitu penting menurut saya. Bayangkan saja, jika keberadaan bulan ini tidak ada, maka jumlah bulan dalam satu tahun ini jadi ganjil. Ia menjadi 11 bulan. Dan ini berarti bertentangan dengan apa yang sudah kita pelajari selama ini.
Yang jelas, Desember adalah bulan terakhir dalam satu tahun masehi. Berarti juga ada tanggal terakhir sebelum bergantinya tahun. Pergantian tahun ini banyak digunakan orang-orang sebagai batas dalam melakukan evaluasi, apakah target-target
yang sudah dia rencanakan di tahun itu tercapai atau belum. Juga sekaligus sebagai titik awal perencanaan resolusi apa yang ingin ia targetkan di tahun berikutnya.
yang sudah dia rencanakan di tahun itu tercapai atau belum. Juga sekaligus sebagai titik awal perencanaan resolusi apa yang ingin ia targetkan di tahun berikutnya.
Sebenarnya tidak ada peraturan resmi yang mengharuskan titik evaluasi dan perencanaan ini terletak pada awal dan akhir tahun. Ini hanya memudahkan saja dalam mengingat. Contoh gampang saja, jika ada pertanyaan "Eh, tanggal 13 April tahun lalu kamu lagi di mana?". Saya yakin, banyak orang atau bahkan hampir semua orang yang ditanya dengan pertanyaan itu pasti menjawab, tapi dengan jawaban "tidak tau". Atau, kalau memang gengsi terpaksa harus menjawab, jawabannya pasti asal. Eh, tapi ada sih yang mungkin tau persis pada tanggal 13 April itu dia kemana dan dengan siapa saja. Mereka adalah orang yang berulang tahun pada tanggal itu. :)
Sekarang kita bandingkan dengan pertanyaan ini, "Eh, tahun baruan kemarin, kamu kemana?".
Saya yakin hampir semua orang yang ditanya begitu akan menjawab dengan benar di mana mereka berada saat itu. Kamu juga pasti ingat kan?
Sesuatu yang spesial atau beda, pasti akan lebih mudah diingat. Kayak kamu. *eh
Juga seperti saya yang mudah mengingat siswa-siswa saya yang 'beda', yaitu mereka yang masuk dalam kategori-kategori 'TER'. Seperti yang sudah pernah saya tulis di sini.
Jadi tidak ada yang salah apabila kebanyakan orang menempatkan sebuah perencanaan dan evaluasi di awal dan di akhir tahun. Tidak cuma perorangan, tapi juga bahkan semua instansi perkantoran yang melakukan laporan tahunan. Dan ini cukup membuat para pekerja itu kelimpungan hingga bahkan menyita tenaga juga waktu mereka, dan saya yakin tidak sedikit dari mereka yang lembur. :)
Ritual pergantian tahun ini tidak cuma itu. Ada hal lain yang lebih terlihat. Ia adalah perayaannya. Iya, perayaan bergantinya detik-detik dari hari tanggal 31 Desember, ke tanggal 1 Januari. Kenapa saya tulis detik? Itu karna saya hanya mengikuti mereka yang biasa merayakannya. Selalu menghitungnya dengan detik-detik terakhir di tanggal 31 Desember-nya. Itu pun biasanya hanya di 10 detik terakhir. Iya, 10 detik sebelum pukul 00:00. Lagian hanya orang yang kurang kerjaan saja yang akan menghitung 100 atau 3600 detik sebelum jarum jam menunjuk pukul 00:00. :) (Eh tapi yang benar itu 24:00 atau 00:00 sih?)
Yup, tepat pukul 00:00 itu puncak perayaan bergantinya tahun. Ia biasanya ditandai dengan dinyalakannya kembang api juga ditiupnya terompet sangkakala juga segala bunyi-bunyian dibunyikan.
Di pusat kota, atau pun di mana pun diadakan perayaan acara perubahan tahun ini, langit dihiasi oleh gemerlapnya kembang api. Barangkali keindahan kembang api ini yang menjadikan alasan orang-orang rela berdesak-desakan dengan macetnya jalanan yang sudah pasti di setiap tahun itu ada. Iya, di mana-mana , terutama jalan yang menuju dan di sekitar pusat perayaan atau pun jalan protokol di setiap kota, pasti macet. Tapi tetap saja orang-orang tidak pernah menyusut setiap tahunnya memadati jalan-jalan itu.
Padahal juga, hampir di setiap malam menjelang pergantian tahun masehi itu, biasanya dibasahi oleh guyuran hujan. Hingga pernah suatu kali -- saat saya mencoba ikut-ikutan memadati kerumunan kemacetan itu -- saya melihat ada seorang perempuan berjilbab yang menunggang sapi liar membonceng motor. Mungkin karena takut roknya kotor terkena cipratan air hujan, roknya diangkat sampai pahanya kelihatan. Duh. Lupakan.
Hal lain yang saya heran, ada beberapa orang tua yang sengaja membawa anaknya keluar untuk menyaksikan perayaan pergantian tahun itu. Mending kalau anaknya berumur 5 tahun atau lebih, yang mungkin sudah tau akan senangnya dia saat melihat indah gemerlapnya kembang api yang melukis langit malam, lah ini, ngomong saja belum bisa. Iya, kalau menurut pengamatan dan perkiraan saya, itu anak umurnya tak lebih dari 3 tahun. Jadi tidak mungkin kalau sang anak yang mengajak orang tuanya keluar untuk tahun baruan. Itu jelas keinginan orang tuanya. Kasihan dia.
Saya juga tidak mengerti tentang sikap orang yang begitu sumringahnya ketika jam menunjuk pukul 00:00. Memang ada bedanya ya antara jam menunjuk pukul 23:59:50 dengan pukul 24:00:01 ? :)
Keheranan saya ternyata masih berlanjut dan belum berakhir. Kita tau bahwa saat jam menunjuk pukul 00:00, kembang api dinyalakan dan terompet-terompet pun dibunyikan. Mungkin untuk kembang api, ia masih bisa dinikmati keindahan warnanya. Tapi terompet? Apa menariknya? Betapa ini sangat mengganggu setiap telinga yang mendengarnya. Ini menurut saya sudah masuk dalam kategori polusi suara. Bagaimana tidak, bunyi klakson yang dibunyikan oleh beberapa orang yang tidak sabar untuk bisa jalan di lampu merah saja sudah mengganggu (Iya, menurut saya, tingkat ke-stress-an seseorang berbanding lurus dengan frekuensi dia membunyikan klakson di jalan. Terutama di lampu merah. :P), apalagi terompet ini, dibunyikan secara bersamaan dan tengah malam pula. :/
Tapi ya terserah mereka. Orang yang beli mereka sendiri, juga pake duit mereka sendiri. Yang penting bukan hasil nyuri. :) Kecuali kalau terompetnya kamu yang membelikan, maka kamu berhak melarangnya untuk dibunyikan, hehe...
Trus, siapa yang paling diuntungkan dari adanya perayaan tahun baru ini? Ada tiga profesi tahunan yang ada khususnya menjelang tahun baru. Mereka adalah: penjual terompet, penjual kembang api, dan yang ke-tiga adalah pawang hujan. Ya, pawang hujan ini akan ramai order saat malam tahun baru. Banyak titik di suatu kota merayakan pergantian tahun ini. Dan kamu tau, bahwa bulan Desember - Januari adalah musim penghujan. Silahkan dilanjutkan sendiri kelanjutannya. :)
Eh, tapi tunggu deh. Sebuah barang sebelum dijual, pasti ada uji kelayakan terlebih dahulu. Maka penjual terompet pun pasti demikian. Proses pembuatan terompet itu dengan cara manual. Maksudnya gini, terompet itu dibuat bukan dengan tenaga mesin. Ia dibuat dengan tangan manusia secara langsung. Atau bisa dibilang industri rumahan. Karena itu yang membuat adalah tangan manusia, maka yang menguji pun dari si pembuat juga. Dan nilai jual terompet adalah suaranya, meski beberapa memang juga bentuk/model dan tingkat kerumitan membuatnya. Tapi tetap saja, suara adalah hal paling utama. Sebagus apa pun bentuk sebuah terompet, ia tak akan laku kalau saja suaranya tidak ada. Maka suara ini yang diuji apakah layak jual atau tidak. Nah, karena ini industri rumahan, maka kamu tau kan cara mengujinya? Ya, tidak ada cara lain selain ditiup. Lalu siapa yang meniupnya? Ya, tentu ialah si pembuat yang sekaligus menjualnya. Jadi, seberapa mahal pun harga sebuah terompet, ia adalah barang bekas, bekas dipakai penjualnya. Untungnya saya tidak pernah beli, hehe...
berarti kita harus mikir2 dulu kalau beli terompet -__-
ReplyDeleteYa gitu.. hehe...
DeleteSelain mikir, kita juga harus bayar kalau beli terompet.