12/13/14

Kurir Tulisan

Semakin menjamurnya aplikasi untuk berkirim pesan, semakin memudahkan juga seseorang untuk berkomunikasi. Ini menjadi semakin menarik karena para pengguna dimanjakan dengan bermacam fiture pelengkap dalam berkirim pesan tersebut. Iya, tidak hanya tulisan yang akan dikirim, tapi juga bisa menambahkan foto, gambar, suara, maupun video. Para penyedia layanan pun berlomba melengkapi fiture-fiture tambahan demi menarik pemakainya agar semakin banyak.

Pemakai layanan ini pun seolah-olah menjadikannya sebagai gaya hidup. Jadi, misalkan
ada teman yang menanyakan,
"Hey, elu punya Garis?",
 "Eh ada dong, id-nya pakai nama lengkap gue.",
 "Oh, OK. Ntar gue invite deh.",
 "Sip.".
"Kalo TTM ada?",
"Ada lah. PIN-nya 54y4n6k4m03, invite ya..",
"Beres.".
"Eh, Pet-nya sekalian lah..",
"Eh sory, gue belum nge-Pet. Ntar coba malem Jumat gue nge-Pet deh, siapa tau dapet banyak."
Dan seterusnya.
*klik

Obrolan semacam itu pasti sering mendengar kan? Padahal saya yakin, teman-teman yang intens dalam menjalin komunikasi juga pasti sama antara aplikasi yang satu dengan aplikasi yang lain. Tapi bagaimana pun, setiap orang yang punya smartphone pasti juga akan mengunduh beberapa aplikasi yang populer di masyarakat. Kenapa saya tau? Ya karena saya juga termasuk pemakainya, Hehe... Tapi beberapa aplikasi saya memang tidak punya (mungkin belum berminat :) ).

Di luar alasan itu, penggunaan lebih dari satu aplikasi punya alasan lain. Di antaranya adalah karena terkadang, aplikasi tertentu ada kendala, entah hang atau eror (sama saja ya? :) ). Iya, jadi ketika aplikasi A ada masalah, bisa beralih ke aplikasi B, C dan seterusnya. Sehingga saat ada suatu pesan yang penting dan harus dikirim saat itu juga, tidak ada masalah.

Alasan lain untuk tetap menggunakan banyak aplikasi adalah karena tidak semua teman menggunakan aplikasi yang sama. Terkadang si A menggunakan Garis, tapi tidak mempunyai Whasyah. Si B punya Whasyah, tapi tidak menggunakan TTM. Nah dengan kondisi seperti itu, mau tidak mau ya memang harus menggunakan lebih dari satu layanan messenger ini.

Bagi saya dan mungkin bagi sebagian orang yang merasa masuk dalam daftar komunitas fakir pulsa, adanya banyak aplikasi kurir tulisan di era sekarang, cukup membantu atau menolong lebih tepatnya. Kita bisa berbalas pesan sedemikian banyaknya tanpa terkuras pulsa. Beda kalau menggunakan layanan SMS. Memang tarif SMS sekarang tidak semahal dulu yang saya masih ingat, sekali berkirim pesan Rp350,-. Iya, turunnya juga tidak banyak-banyak amat, kalau dihitung tiap satuan. Tapi kalau kita hitung dari seberapa banyak kita berbalas pesan, perbandingannya bisa berpuluh-puluh kali lipat. Layanan SMS masih jauh lebih mahal dibanding paket bulanan yang harus dibayar untuk tetap menghidupkan layanan messenger tadi. Itu pun sudah sepaket dengan kuota internet yang di jaman sekarang memang sudah menjadi kebutuhan, kalau masih ingin tetap nambah ilmu sih. :) Makanya pernah terdengar selentingan bahwa lima tahun ke depan, layanan SMS akan punah. Tinggal lihat saja nanti benar atau tidaknya.

Di lain sisi, saya tidak tau, apakah ada pemilahan suatu aplikasi apakah masuk dalam kategori messenger, social media, atau media menulis. Karena kalau saya lihat berdasarkan pengamatan terhadap penggunanya, tidak ada bedanya juga. Seluruhnya rata-rata mencakup tiga hal tadi. Messenger juga bentuk bersosialisasi. Social media juga saling berkirim pesan. Juga, media-media itu digunakan dengan cara ditulis berdasar apa yang ada di pikiran penggunanya. Aplikasi messenger saja disediakan wall untuk menulis 'apa yang anda pikirkan?', atau bahasa umumnya wall untuk menulis 'status'. Jadi memang tidak ada perbedaan lagi. Atau memang sengaja disatukan? Sepertinya begitu.

Tipe pengguna berbagai macam aplikasi ini juga terkadang hanya untuk mengalihkan pembicaraan yang mungkin dia sudah merasa tidak nyaman. Misal ada obrolan panjang, trus tiba-tiba dia bilang begini,
"Eh sory, chatnya pindah ke whasyah yaa.. Garis gue agak eror nih.. Sinyal gak stabil.", pernah ada kan yang ngechat begitu? Iya, ini adalah cara untuk mengalihkan saja. Ada 'sesuatu' yang sudah disiapkan di sana. Entah profile picture (PP) yang baru dipasang, atau status yang (baru juga) dia tulis. :)

Ada kan yang pernah pura-pura gak ngeh tentang PP baru temannya yang ingin 'dipamerkannya' dengan menjawab chatnya seperti wajar saja. Trus dianya pasti akan melakukan segala cara agar apa yang menjadi tujuannya, yaitu agar kita membahas PP-nya tercapai, dengan pura-pura tanya tentang PP kita misalnya,
"Eh, PP kamu ternyata foto saat lagi di jamban ya?". Iya, pertanyaan ini bukan murni pertanyaan bahwa dia memang butuh informasi dari kita tentang PP kita, tapi sekedar agar kita juga membahas PP-nya. "Gimana dengan PP aku? Kamu gak penasaran dengan PP aku?", pertanyaan ini yang sebenarnya ditanyakan dalam hatinya.
Bahkan ketika kita masih gak peduli dengan itu, dia pasti akan terus berusaha untuk bisa menunjukkan PP-nya pada kita. Mungkin dalam hatinya, "Ih, ni orang gak peka bener sih. Udah dipancing-pancing juga, masa gak ngeh sih apa yang gue maksud. Huft.."

Huft..

 

No comments:

Post a Comment