8/5/19

Baik 2



Membiasakan baik dan benar ke anak (meski saya—orang tuanya tak baik-baik dan tak benar-benar amat) adalah suatu keharusan dan kebiasaan yang kami terapkan ke Frea sejak dia lahir. Pun saat dia belum bisa apa-apa. Misalkan saat menyuapi dia makan waktu bayi, kami memintanya berdoa terlebih dulu meski kami—sebagai orang tua—juga  yang mengucapkan tentunya.

Kami pun selalu mengajaknya bicara sejak masih bayi setiap hari, sampai sekarang. Sesibuk apa pun, setiap hari kami harus selalu berkomunikasi dengan Frea. Kami ingin agar Frea selalu dekat dengan orang tuanya, khususnya saya, karena kalau dengan ibunya, sudah otomatis nempel. Saya tak ingin menjadi bapak yang tak dikenali anaknya sendiri.

Barangkali banyak orang yang menganggap bayi hanyalah bayi. Anak kecil yang belum tau apa-apa. Saya malah sebaliknya. Terkadang saya berfikir bahwa bayilah yang tau tentang segala hal dalam otaknya. Tau tentang masing-masing sifat orang, tau nama semua benda tanpa ada orang lain yang memberi tau, intinya tau segalanya. Hanya saja dia belum diberi kemampuan untuk bicara (kalau saya bilang:
belum diijinkan bicara olehNya). Makanya saya juga berfikiran jika bayi bisa bicara, malah semua jadi repot, bisa jadi semua aib yang kita simpan selama ini diomongkan si bayi ke orang-orang?

Kebiasaan-kebiasaan baik itu terus kami tanamkan. Hanya saja terkadang, niat baik tak selalu disampaikan dengan benar. Saya juga menyadari, masih banyak kesalahan yang secara sadar atau pun tidak yang saya lakukan saat menyampaikan sesuatu selama saya mendidik Frea sampai sekarang. Tapi sebisa mungkin kami terus belajar tentang bagaimana mendidik Frea dengan terus meminta petunjukNya agar selalu dijalanNya. Doakan.

No comments:

Post a Comment