Membiasakan baik dan benar ke
anak (meski saya—orang tuanya tak baik-baik dan tak benar-benar amat) adalah
suatu keharusan dan kebiasaan yang kami terapkan ke Frea sejak dia lahir. Pun
saat dia belum bisa apa-apa. Misalkan saat menyuapi dia makan waktu bayi, kami
memintanya berdoa terlebih dulu meski kami—sebagai orang tua—juga yang mengucapkan tentunya.
Kami pun selalu mengajaknya
bicara sejak masih bayi setiap hari, sampai sekarang. Sesibuk apa pun, setiap
hari kami harus selalu berkomunikasi dengan Frea. Kami ingin agar Frea selalu
dekat dengan orang tuanya, khususnya saya, karena kalau dengan ibunya, sudah
otomatis nempel. Saya tak ingin menjadi bapak yang tak dikenali anaknya
sendiri.
Barangkali banyak orang yang
menganggap bayi hanyalah bayi. Anak kecil yang belum tau apa-apa. Saya malah
sebaliknya. Terkadang saya berfikir bahwa bayilah yang tau tentang segala hal
dalam otaknya. Tau tentang masing-masing sifat orang, tau nama semua benda
tanpa ada orang lain yang memberi tau, intinya tau segalanya. Hanya saja dia
belum diberi kemampuan untuk bicara (kalau saya bilang:
belum diijinkan bicara
olehNya). Makanya saya juga berfikiran jika bayi bisa bicara, malah semua jadi
repot, bisa jadi semua aib yang kita simpan selama ini diomongkan si bayi ke
orang-orang?
Kebiasaan-kebiasaan baik itu
terus kami tanamkan. Hanya saja terkadang, niat baik tak selalu disampaikan
dengan benar. Saya juga menyadari, masih banyak kesalahan yang secara sadar
atau pun tidak yang saya lakukan saat menyampaikan sesuatu selama saya mendidik
Frea sampai sekarang. Tapi sebisa mungkin kami terus belajar tentang bagaimana
mendidik Frea dengan terus meminta petunjukNya agar selalu dijalanNya. Doakan.
No comments:
Post a Comment