8/5/19

Ngobrol



Kemarin malam (2 Juli 2019) Frea ke dokter gigi lagi. Misi ke-dua penambalan giginya. Tak seperti biasanya, sore itu pasiennya lumayan banyak. Frea mendapat antrean ke 10. Akhirnya kami pulang dulu untuk sholat maghrib di rumah. Jam 7 kurang, kami kembali ke sana.

Di ruang tunggu, sudah ada 5 orang. Frea adalah satu-satunya anak kecil di sana. Beberapa orang tertarik pada Frea karena sampai di sana Frea tak bisa diam. Dia menanyakan beberapa hal ke saya dan ibunya. Mungkin juga karena pada dasarnya mereka memang suka pada anak kecil.

“Umur berapa, Mas?” tanya seorang ibu yanga da di sana.

Tadinya mau saya jawab umur saya, tapi tidak jadi. Tak mungkin dia tanya umur saya. Pasti maksud dari pertanyaannya menanyakan usia Frea. “Mau 3 tahun, Bu. Dua bulan lagi.”

“Oh. Tapi kok ngomongnya pinter banget, ya. Mudhengan anaknya. Kaya cah gedhe.” Lanjut si ibu tadi.

“Oh, iya dong, Bu. Siapa dulu bapaknya.” Jawaban itu saya
urungkan. Saya hanya tersenyum. Kemudian menjawab lagi pertanyaan-pertanyaan dari Frea.

Bersyukur dikaruniai anak seperti Frea yang (dalam hal ini) diberi kemampuan memiliki kosa kata banyak dan pelafalan yang jelas dibandingkan dengan anak seusianya. Dengan sadar itu jelas adalah pemberian Allah SWT. Tapi beberapa pola asuh orang tua menurut mengalaman dan pengamatan yang saya lihat, masih banyak juga yang (menurut saya dan istri) kurang tepat. Karena bagaimana pun itu juga berpengaruh pada perkembangan anak.

Misalnya begini, pasti kita semua pernah melihat ada orang tua yang saat berkomunikasi dengan anaknya (kususnya yang masih belum bisa bicara jelas), pelafalannya mengikuti pelafalan si anak. Dicedhal-cedhalke basa jawane.

“Mimik yuyu uyu ya yayang.”

“Aem ama pepe ya...”

“Ai ah, lu.”

Bagaimana anak bisa dengan cepat mencontoh bicara dengan benar jika orang tuanya seperti itu? Ini bukannya anak yang mencontoh orang tuanya, tapi kebalikannya. Kami tak pernak mengajak Frea ngobrol dengan pelafalan seperti itu. Kami mengobrol dengan Frea ya seperti mengobrol dengan orang dewasa, selayaknya berbicara dengan banyak orang pada umumnya. Dan alhamdulillah kami selalu mengingatkan jika ada yang salah dalam mengajak ngobrol Frea. Karena menjadi orang tua itu harus terus belajar.

“Bu, Apak mimik cucu duyu, oyeh?”

No comments:

Post a Comment