Kemarin malam (2 Juli 2019) Frea
ke dokter gigi lagi. Misi ke-dua penambalan giginya. Tak seperti biasanya, sore
itu pasiennya lumayan banyak. Frea mendapat antrean ke 10. Akhirnya kami pulang
dulu untuk sholat maghrib di rumah. Jam 7 kurang, kami kembali ke sana.
Di ruang tunggu, sudah ada 5
orang. Frea adalah satu-satunya anak kecil di sana. Beberapa orang tertarik
pada Frea karena sampai di sana Frea tak bisa diam. Dia menanyakan beberapa hal
ke saya dan ibunya. Mungkin juga karena pada dasarnya mereka memang suka pada
anak kecil.
“Umur berapa, Mas?” tanya seorang
ibu yanga da di sana.
Tadinya mau saya jawab umur saya,
tapi tidak jadi. Tak mungkin dia tanya umur saya. Pasti maksud dari
pertanyaannya menanyakan usia Frea. “Mau 3 tahun, Bu. Dua bulan lagi.”
“Oh. Tapi kok ngomongnya pinter
banget, ya. Mudhengan anaknya. Kaya cah gedhe.” Lanjut si ibu tadi.
“Oh, iya dong, Bu. Siapa dulu
bapaknya.” Jawaban itu saya
urungkan. Saya hanya tersenyum. Kemudian menjawab
lagi pertanyaan-pertanyaan dari Frea.
Bersyukur dikaruniai anak seperti
Frea yang (dalam hal ini) diberi kemampuan memiliki kosa kata banyak dan
pelafalan yang jelas dibandingkan dengan anak seusianya. Dengan sadar itu jelas
adalah pemberian Allah SWT. Tapi beberapa pola asuh orang tua menurut
mengalaman dan pengamatan yang saya lihat, masih banyak juga yang (menurut saya
dan istri) kurang tepat. Karena bagaimana pun itu juga berpengaruh pada
perkembangan anak.
Misalnya begini, pasti kita semua
pernah melihat ada orang tua yang saat berkomunikasi dengan anaknya (kususnya
yang masih belum bisa bicara jelas), pelafalannya mengikuti pelafalan si anak. Dicedhal-cedhalke basa jawane.
“Mimik yuyu uyu ya yayang.”
“Aem ama pepe ya...”
“Ai ah, lu.”
Bagaimana anak bisa dengan cepat
mencontoh bicara dengan benar jika orang tuanya seperti itu? Ini bukannya anak
yang mencontoh orang tuanya, tapi kebalikannya. Kami tak pernak mengajak Frea
ngobrol dengan pelafalan seperti itu. Kami mengobrol dengan Frea ya seperti
mengobrol dengan orang dewasa, selayaknya berbicara dengan banyak orang pada
umumnya. Dan alhamdulillah kami selalu mengingatkan jika ada yang salah dalam
mengajak ngobrol Frea. Karena menjadi orang tua itu harus terus belajar.
“Bu, Apak mimik cucu duyu, oyeh?”
No comments:
Post a Comment