12/31/19

'Barang Baru'

Seiring bertumbuhnya Frea, beberapa bajunya tampak terlihat mengecil. Melihat itu, ibunya mengajaknya ke toko dan berniat membelikan baju untuk ganti. Frea sendiri sebenarnya belum ngeh apakah bajunya sudah terlalu kecil untuk dipakai atau tidak. Bahkan dia tak peduli apakah baju yang dipakai, baru atau tidak. Kami memang tak mengenalkan mana baju baru, mana baju lama. Namun seiring bertambah pengetahuannya, dia mulai ngeh tentang apa itu 'sesuatu yang baru'. Itu pun biasanya dikenalkan oleh lingkungan.

Kenapa tak mengenalkan (memberitau) tentang sesuatu yang baru?
Pertama, pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang suka pamer. Saya pun dengan sadar atau tidak, masih sering melakukannya. Hanya saja tingkat dan 'sesuatu' yang dipamerkan itu ada perbedaan di tiap masanya (pamer ini tak melulu soal harta keduniawian dan sejenisnya, ya.) Nah, kebiasaan orang jika punya sesuatu yang baru adalah pamer. Jelas sebagai orang tua (meski belum berperilaku benar) bagaimanapun harus mendidik anak agar menjadi anak yang shalih/shalihah, kan? Kami jelas ingin mempunyai anak yang berperilaku sesuai dengan norma dan ajaran agama yang kami anut.

Ke-dua, kebanyakan
orang akan lebih suka dengan barang/sesuatu yang baru ia miliki (atau ini juga kodrat manusia?) Saat kecil dulu, tiap punya baju, tas, atau apa pun itu yang baru, biasanya saya keloni saat tidur (termasuk saat punya istri baru).
Ini juga berlaku untuk hal yang bukan barang, ilmu misalnya. Makanya tidak perlu heran dengan para 'ustadz' yang cara dakwahnya suka bersemangat-- gembar-gembor menggunakan kekerasan, jangan-jangan memang ilmunya baru?
Punya pasangan baru juga senangnya bukan main. Anu, sebentar, berarti apakah jika sudah lama, rasa senangnya akan berkurang? *mlipir alon-alon* *aku orak ngono lho, Bu. Tenan.*


Di toko yang kami tuju, Frea menunjuk sesuatu sambil ngomong dengan nada agak keras, "Pak, ada Embêl!!"

"Apa, Fre?"

"Ini lho, Pak. Embêl. Peya belum punya Embel lho, Pak," katanya sambil memegang barang yang dimaksud.
Saya hanya tepok jidat dan mbatin, lha nek apa-apa sing rung dué kudu dituku, lha bapak-ibumu ya têkor.

No comments:

Post a Comment