Setiap hari di mana saya pulang malam, esoknya selalu ada sikap Frea yang agak sinis ke saya. Misalnya seperti hari Jumat lalu, sesaat setelah ibunya pamit untuk berangkat kerja, Frea langsung bertanya ke saya yang saat itu ada di sampingnya, “Tok, Bapak ndak telja? Telja aja tana. Peya di lumah ama Titi.”
Mendengar ucapan Frea begitu, sejujurnya saya trenyuh, sedih. Bagaimana tidak, seorang Bapak diusir oleh anaknya sendiri. Seorang Bapak yang tak diinginkan kehadirannya oleh anaknya sendiri. Tapi juga senang dan geli karena anak berusia 3 tahun sudah bisa menyampaikan rasa ketidak-sukaannya terhadap suatu hal.
Itu juga ternyata berlaku untuk ibunya. Saat tau
dia mau ditinggal ibunya kerja, dia protes dengan sikapnya, seperti tidak mau salim atau tidak mau dicium ibunya. Atau ketika sepeda bergeser saat ibunya mau mengeluarkan motor, dia mengamuk sambil menggerutu tak jelas. Itu adalah bentuk protes anak kepada orang tuanya yang sejatinya dia tak ingin ditinggal.
Sering Frea menyampaikan ketidaksukaannya terhadap sesuatu. Di usia 2 tahun dia sudah bisa memilih baju mana yang mau dia kenakan. Saat itu, seperti yang sudah-sudah, ibunya menyiapkan seperangkat baju ganti lengkap yang diletakkan di tempat tidur. Seusai mandi, setelah memakai minyak telon, baju mau dipakaikan, tapi segera Frea menolak dan bilang, “Ndak mau. peya ndak mau pate baju itu. Peya mau pate baju monyet.”
Oke, kalau mau pakai baju monyet boleh, Fre. Tapi ngomong “monyet”-nya ndak perlu menghadap Bapak begitu ya.
No comments:
Post a Comment