Sudah lumayan lama kami tak keluar menikmati suasana malam di 'daerah bawah'. "Daerah Semarang", kata orang-orang di kampung kami tinggal menyebutnya. Saya yang bukan warga asli Semarang aneh mendengarnya. Kenapa daerah Semarang bawah saja yang disebut Semarang? Bukankah Banyumanik juga bagian dari Semarang?
Banyak alasan kenapa kami tak kunjung melakukannya. Hal utama tentu karna alasan Frea. Udara malam tentu tak baik bagi kesehatannya. Apalagi untuk seusianya yang masih belia. Juga jam tidurnya yang kami biasakan maksimal jam 20.00 harus sudah berada di kamar. Di samping itu juga jarak tempuh yang lumayan jauh jika dari rumah kami.
Sebenarnya sudah lama ibunya Frea ingin jalan-jalan ke daerah kota itu. Entah alasan apa yang membuat dia begitu menginginkannya. Barangkali hanya ingin menikmati suasana malam kota yang saya akui semakin
enak dilihat. Sekarang Semarang memang sudah jauh berbeda dengan Semarang yang dulu. Pembenahan oleh Pemerintah Kota/Provinsi di berbagai sudut kota cukup terlihat hasilnya.
Upaya promosi di berbagai media juga gencar dilakukan untuk menarik wisatawan. Jika kita ketik #Semarang di instagram saja misalnya, di sana akan kita temukan bermacam foto indahnya kota dari berbagai penjuru dan sudut Kota Lumpia ini. Hingga tak heran jika beberapa orang di luar Semarang pun menjadi follower akun-akun yang ada di kota ini khususnya yang berhubungan dengan wisata, yang beberapa bahkan meninggalkan komentar dengan sebuah doa bahwa ia ingin segera mengunjungi kota ini.
Malam itu, kami hanya mengunjungi #SemarangBridgeFountain di Banjir Kanal Barat dan taman Tugu Muda. Karena di sana, Frea senang bisa berlarian di hujaunya rerumputan. Rumput yang kini tak liar lagi. Rumput yang dijaga kerapihannya setiap waktu, sebelum daunnya menjuntai tinggi. Rumput yang rela diinjak kaki-kaki mungil bocah yang tertawa barlarian dengan bapaknya.
Semarang, 22 September 2019.
No comments:
Post a Comment