12/31/19

Melankolis

Betapa rasa simpati dan empati saya sudah terbentuk dari kecil. Rasa yang secara umum cenderung ke sifat positif ini menempel pada tubuh saya bahkan ketika saya belum genap berusia 5 tahun. Saya bisa menyimpulkan begitu, karena ibu saya wafat saat saya berusia 5,5 tahun. Tapi setelah dirasakan, sifat yang secara umum positif pun ada dampak negatifnya, percayalah.

Kurang lebih kejadiannya begini: Ibu adalah seorang guru SD. Jarak dari rumah dinas ke sekolahnya sekira 1 sampai 2 kilometer. Satu-satunya alat transportasi yang dipunyai keluarga kami saat itu adalah sepeda. Ibu memakainya setiap hari dengan memboncengkan saya di belakang. Yang tidak saya ingat adalah sejak umur berapa saya ikut ibu ke sekolah. Ya, jadi saya lebih dulu SD daripada TK. Dan saya juga ingat, saya mengikuti pelajaran di kelas yang ibu ajar yang kebetulan kelas-kelas rendah (kalau tidak kelas 2, ya kelas 1, yang ini saya lupa). Makanya sebelum TK, saya sudah bisa membaca dan menulis. Yang seru, saat tiba waktu pulang. Setelah berdoa bersama, kami duduk anteng-antengan. Maksudnya, baris mana yang paling tenang, ia yang dipulangkan lebih dulu. Padahal setelah pulang, ya sama saja saya pulang bareng ibu. 🤣

Suatu hari, saat masih di
perjalanan, hujan turun cukup deras. Sehingga ibu menepikan sepeda yang kebetulan tepat di depan gardu. Kami ber-dua berteduh di sana. Nah, di saat itulah rasa empati pertama (yang saya tau) muncul. Saya bisa merasa kasihan terhadap ibu. Rela berkeringetan mengayuh sepeda dengan jarak yang lumayan jauh, rela melindungi anaknya dengan memboncengkan juga memberi perlindungan agar tidak terkena air hujan. Saya benar-benar merasa sedih saat itu.

Lebih-lebih sepeninggal ibu. Begitu banyak orang-orang yang mengasihani juga menyayangi saya dan adik-adik saya. Mungkin karena itu, saya jadi lebih mudah berempati terhadap orang lain, terlebih orang-orang dekat saya. Ini juga membentuk saya cenderung melankolis. Saat ibu tidak ada, kata bulik, saya sudah bisa menasehati adik, "Ibu mpun boten wonten, adik mboten pareng nakal." 🤣

Ternyata, sifat melankolis itu menurun dari ibu dan keluarga besarnya. 😆
Al Fatihah ...

No comments:

Post a Comment