Menjadi orang tua harus siap menjawab setiap pertanyaan yang diajukan anak. Jika pertanyaannya lazim dan sudah menjadi kebiasaan yang dialami/dilakukan, saya rasa tak ada masalah. Yang menjadi sedikit masalah adalah ketika pertanyaan anak--yang seringnya secara spontan dan terucap begitu saja-- tak biasa kita alami/lakukan, atau bahkan baru kita dengar.
Sebenarnya apa pun yang menjadi jawaban orang tua, si anak akan menerima saja, dan tak akan menuntut jawaban lebih. Ini yang menjadi pemakluman orang tua yang malas mencari jawaban dan tak bertanggung jawab atas jawaban yang diberikan. Padahal terkadang apa yang kita anggap sepele, bisa menjadi perilaku salah yang kelak dilakukan anak.
Saya yakin, banyak sekali orang tua yang ketika mendapat pertanyaan 'sulit' dari anak, menjawab sekenanya saja. Saya pun mungkin juga pernah melakukannya.
"Ah, yang penting anak diam. Toh anak pasti percaya-percaya saja," begitu pikir kita-- sebagai orang tua. Ada yang lebih parah. Terkadang ada
orang tua yang malah memarahi anak dan meminta anak untuk diam ketika sang anak menanyakan sesuatu yang memang dia tak mengerti dan memang membutuhkan jawaban.
Yang masih saya pelajari dan terus belajar, adalah menjadi orang tua yang penyabar. Itu sungguh sulit bagi saya. Padahal itu adalah hal wajib yang harus melekat pada diri setiap orang tua. Termasuk saya harus sabar saat menjawab pertanyaan berulang yang diajukan Frea. Ya, berulang dengan pertanyaan yang sama sampai dia benar-benar mengerti. Anak akan terus menanyakan apa pun hal yang ingin dia ketaui. Setiap anak akan seperti itu. Tugas kita hanya menjawabnya. Jangan malah menyuruhnya diam. Kalau tak ingin si anak mencari jawaban dari orang lain yang kadang tak sesuai dengan apa yang semestinya. Atau si anak menjadi sangat pendiam-- tak bisa mengekspresikan apa yang ada di dirinya?
Sepulang dari masjid, Frea melihat Bintang dan Bulan. Dia lalu bertanya sambil tangannya menunjuk, "Pak, ada Bintang tama Bulan, tuh. Bulannya udah tolat belum?"
No comments:
Post a Comment