12/31/19

Epistaksis

Sejujurnya, saya termasuk orang yang takut ketika melihat darah. Agak pengecualian untuk darah yang keluar dari tubuh nyamuk setelah digeprek, ya.
Hanya sekadar mendengarkan cerita tentang kecelakaan yang menimpa seseorang pun saya merinding. Apalagi jika yang diceritakan sampai menyebabkan cacat fisik, saya bisa gemetar. Padahal saya termasuk orang yang agak sering juga berhubungan dengan darah.

Semenjak bapak sakit dan diharuskan untuk cuci darah, mau tidak mau saya melihat bagaimana darah bapak keluar-masuk dari tubuhnya ke mesin pencuci darah. Bapak pun harus transfusi setiap HB-nya turun. Dan itu mengharuskan saya dan adik-adik saya secara bergantian mengambilkan darah yang sama dengan darah bapak ke PMI. Mulialah mereka para pendonor. Saya tidak membayangkan jika tidak ada orang yang mendonorkan darahnya. Saya tentu berhutang banyak dengannya. Dan hanya doa yang bisa saya ucap untuk mereka para pendonor, semoga selalu diberikan kesahatan, keberkahan, serta kemuliaan hidup dunia-akhirat. Aamiin ...

Pasca persalinan istri, beberapa hari juga mengharuskan saya bersentuhan langsung dengan darah. Lalu saat saya jatuh, bagian lutut serta tangan saya luka yang kalau dirasakan, lumayan juga rasa nyerinya.

Tiga hari lalu, saya panik ketika ibunya Frea bilang kalau Frea
mimisan. Jadi kebiasaan Frea saat bangun, langsung menuju dapur, karena ibunya di sana. Ternyata saat itu, sampai di dapur dia mimisan. Melihat darah masih mengalir, ada ketakutan dalam diri saya. Untungnya, ibunya Frea tipe orang yang tidak gampang panik, jadi dengan cekatan, penuh ketenangan dan kesabaran, dia mengelap darah yang keluar dari satu lubang hidung Frea (saya lupa kiri atau kanan) sampai darahnya benar-benar berhenti. Saya mengamati apa yang dia lakukan dengan rasa cemas. Ini adalah pertama kalinya Frea mimisan, yang berarti pertama kalinya juga bagi saya dan istri melihat darah yang tanpa disengaja keluar dari tubuh anak. Dari ketenangan itu, ternyata ada rasa ketakutan juga dalam diri istri saya. Jelas, ketakutan yang wajar yang muncul dari orang tua melihat kepiluan sang anak.

Sehat-sehat ya, Nak.

No comments:

Post a Comment